CAKRA Banten, Kab. Tangerang - Berbakti pada bangsa dan negara tidak hanya tentang jabatan tinggi atau peran dalam struktur formal. Kontribusi terhadap negara bisa datang dalam berbagai bentuk dan dari berbagai profesi. Salah satu contoh cemerlang dari pengabdian yang tidak konvensional adalah kisah Pelukis Maestro M. Idris.
Pada Senin, 19 Agustus 2024, Juru Warta Tabloid Pendidikan CAKRA Banten mengunjungi kediaman M. Idris di Perum PWS Tigaraksa, Kab. Tangerang, untuk menggali lebih dalam tentang kiprah sang maestro. M. Idris, yang dikenal luas sebagai pelukis terkemuka, telah memberikan kontribusi besar bagi bangsa melalui seni lukisnya. Karyanya tidak hanya menghiasi galeri-galeri di dalam negeri, tetapi juga telah dipamerkan di sejumlah negara, mengenalkan budaya Indonesia kepada dunia.
Selama beberapa dekade, M. Idris telah menjadi pelukis keluarga Presiden Republik Indonesia, dari Presiden Soekarno, Presiden pertama RI, hingga Presiden Prabowo-Gibran. Melalui lukisan-lukisannya, ia telah mendokumentasikan sejarah dan kultur bangsa, menjadikannya sebagai jembatan antara masa lalu dan masa depan, serta antara Indonesia dan dunia internasional.
Peran seperti yang dimainkan oleh M. Idris adalah contoh nyata bahwa dedikasi kepada negara bisa hadir dalam bentuk yang sangat berbeda. Tidak perlu menjadi menteri, tentara, atau pejabat publik untuk memberikan kontribusi yang berarti. Setiap profesi, termasuk sebagai pelukis atau penggiat seni, memiliki ruang untuk berperan dalam memajukan bangsa.
M. Idris telah membuktikan bahwa melalui karya seni, kita bisa membangun identitas, menyebarluaskan nilai-nilai budaya, dan memperkuat jalinan diplomasi budaya. Pengabdiannya menunjukkan bahwa setiap individu, dengan keahlian dan passion-nya, dapat memainkan peran penting dalam kemajuan dan kehormatan bangsa.
Di tengah dinamika zaman, mari kita hargai dan dukung berbagai bentuk pengabdian. Setiap langkah, setiap kontribusi, sekecil apapun, berperan dalam merajut keutuhan bangsa. Seperti M. Idris yang dengan karya seninya telah berbakti kepada negara, kita semua bisa mencari cara untuk menyumbangkan talenta dan dedikasi kita demi kebaikan bangsa.
Muhamad Idris, pelukis legendaris yang lahir pada 5 Juni 1939 di Kebon Kacang, Jakarta Pusat, adalah sosok yang telah melewati empat zaman besar dalam sejarah Indonesia. Dari zaman pra-kemerdekaan sebelum tahun 1945, era Kemerdekaan, masa konflik ideologi pada tahun 1965, hingga zaman Reformasi tahun 1998, Idris telah menciptakan karya seni yang luar biasa.
Idris dikenal setara dengan pelukis terkenal seperti Basuki Abdullah, Affandi, dan Nyoman Gunarsa. Karyanya pun sangat berharga, dengan harga lukisan yang bisa mencapai miliaran rupiah, dan beberapa ada yang harganya sebesar Rp 200.000.000. Ini menunjukkan betapa istimewa dan berartinya karya seni Idris.
Saat ditemui Juru Warta CAKRA Banten, di kediamannya di Perum PWS, Tigaraksa, Idris mengungkapkan bahwa dia sering melukis dengan sangat cepat jika terinspirasi. "Saya melukis dengan inspirasi penuh, jadi kadang bisa selesai dalam waktu 3 hari atau bahkan lebih cepat," kata Idris.
Idris sangat ahli dalam melukis anatomi perempuan dan menganggap perempuan sebagai sumber inspirasi utamanya. Detail dalam lukisan-lukisannya menunjukkan estetika dan keindahan yang sangat natural. Namun, tidak hanya perempuan yang menjadi objek lukisannya. Idris juga melukis alam, harimau, potret diri, dan banyak lagi. Salah satu contohnya adalah lukisan berjudul "Bahagia di Hari Tua," yang menampilkan seorang lelaki tua tersenyum bahagia, yang merupakan potret dirinya sendiri.
"Saya bahagia bisa mencapai usia 84 tahun dengan 9 anak yang saleh dan cucu-cucu yang sehat dan cerdas," ujar Idris dengan penuh kebanggaan.
Tak hanya dikenal di Indonesia, karya-karya Muhamad Idris juga telah dipamerkan di berbagai negara, termasuk di Gedung Putih pada tahun 1974. Bahkan, semua 70 lukisan karyanya diborong oleh Presiden AS saat itu, Ronald Reagan. Ini membuktikan bahwa karya Idris telah mendunia dan diakui secara internasional.(Awn)
Posting Komentar