GEN-PEDE DENGAN INOVASI BANGUN NEGERI (Dalam Spirit Ajakan Rektor Pramita Bagi 289 Wisudawan)

Dr. Zalzulifa, M.Pd Rektor Unipersitas Pramita Indonesia



Cakra Banten; Sabtu 14 September 2024, kembali Universitas Pramita Indonesia (PRAMITA) yang berlokasi dan kawasan UBUD Tangerang melepas 289 wisudawan, dengan rincian Sarjana Strata S1; Ilmu Pemerintahan (45), Ilmu Komunikasi (15), Akuntansi (13), Manajemen (106), Teknik Informatik (11)Teknik Elektro (3) dan Teknik Industri (2). Magister (S2) Manajemen (10) dan Ilmu Pemerintahan (83).



Tim Cakra Banten melakukan wawancara khusus dengan Rektor Dr. Zalzulifa, M.Pd untuk menggali kesan dan pesan yang dapat diambil dari sambutan berbagai nara sumber seperti Dr. H. M. Samsuri, S.Pd., M.T., IPU., selaku Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti-4) Jawa Barat dan Banten; Kyai Haji Mashudi Suhud sebagai Ketua Dewan Penyantun Universitas Pramita Indonesia, dan Dr. Mulyadin Malik, M.Si selaku Kepala Pusat Pelatihan Aparatur Sipil Negara mewakili Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi. 



Sebagai perguruan tinggi swasta, tentunya segala pemikiran dan pesan tersebut akan dijadikan bahan diskusi internal di jajaran rektorat, dekanat, para direktur kelembagaan serta ketua program studi untuk selanjutnya dibawa dalam rapat pleno senat akademik yang terdiri atas senat guru besar (Prof. Tjahja Supriatna, M.Si; Prof. Dwi Purwoko, M.Si; Prof. Carunia Firdausy, Ph.D), senat ex-officio, dan senat perwakilan dosen yang selanjutnya akan dikemas dalam bentuk rapat kerja atau rapat koordinasi dengan jajaran Pengurus Yayasan Citra Pramita Tangerang dan Badan Pengurus Harian yang dipimpin Pembina yayasan Bapak Ikhwan N Soebadiyo, Ibu Haura Adawiyah . S E. M M, dan Ketua yayasan Ibu Mayang Ayu Faluthamia SE. M Kesos. 







SEPULUH PROGRAM DESA


Secara khusus, rektor senang dan bangga karena tagline aksi, “Pramita Reborn: Smart University Village Kampus Kreatif Bangun Desa untuk Dunia”, sudah tersosialisasikan melalui forum wisuda sehingga khalayak memahami identitas universitas dalam rencana aksi besar menciptakan kampus inovatif dan berfokus pada pemberdayaan desa sebagai bagian dari pembangunan global. Hal ini tampak dari sambutan kementrian desa yang secara tegas mengapresiasi tekad PRAMITA menjadi pusat ilmu pengetahuan, sekaligus agen perubahan yang aktif dalam pembangunan desa. Sebagai sebuah ijtihat dan ikhtiar upaya meningkatkan kualitas hidup warga desa hasil diskusi pada forum rapat-rapat rutin Reboan dan Jumatan, Universitas Pramita Indonesia berinisiatif meluncurkan istilah Generasi Percaya Diri melalui Gerakan Nasional Pemuda Penggerak Pembangunan Desa (Gen-PeDe). Sejatinya istilah inipun lahir dari kisah sukses L2Dikti 4 mendorong program KKN Tematik Perguruan Tinggi Mandiri Gotong Royong Membangun Desa (PTM-GRMD) yang tujuannya mendorong pemuda terlibat aktif dalam pembangunan desa didukung semangat dan sikap percaya diri dalam kepemimpinan, kemandirian dan inovasi. 



Sebagai pedoman menyusun rencana aksi, Kepala Pusat Pelatihan Dr. Mulyadin Malik, M.Si memaparkan sepuluh (10) program pemerintah yang dapat disikapi oleh sivitas akademika untuk berkontribusi dalam pembangunan desa:



1. Program Pengembangan Desa dan Kawasan, mencakup: (a) Program Pembangunan Infrastruktur Desa: Perguruan tinggi dapat terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan infrastruktur di desa, seperti jalan, jembatan, dan fasilitas umum; dan (b) Program Pemberdayaan Masyarakat Desa: Perguruan tinggi turut serta dalam pelatihan dan pemberdayaan masyarakat desa untuk meningkatkan keterampilan dan kapasitas lokal. 


2. Program Penelitian dan Inovasi, berupa: (a) Riset dan Pengembangan Desa: Perguruan tinggi turut mendukung penelitian yang terfokus pada pengembangan desa, termasuk inovasi teknologi dan model pembangunan baru; dan (b) KKolaborasi Penelitian: mendorong perguruan tinggi bekerja sama dengan Kementerian Desa PDTT dalam penelitian terkait desa dan transmigrasi.


3. Program Pengabdian kepada Masyarakat, mencakup: (a) Kegiatan Pengabdian Masyarakat: Perguruan tinggi melaksanakan kegiatan yang berdampak langsung untuk peningkatan kualitas hidup di desa; dan (b) Proyek Sosial dan Kewirausahaan: inisiatif kewirausahaan mahasiswa dan dosen memberikan solusi kongkrit bagi warga desa.


4. Program Pelatihan dan Capacity Building, meliputi: (a) Pelatihan untuk Pengelola Desa: Perguruan tinggi memfasilitasi pelatihan dan sertifikasi melalui program Rekognisi Pembelajaran Lampau atau RPL-Desa untuk para kepala desa dan aparat desa; dan (b) Program Pendidikan dan Keterampilan: Perguruan tinggi mengadakan program pendidikan dan keterampilan bagi warga desa.


5. Program Kemitraan dan Kerja Sama, seperti: (a) Kemitraan Perguruan Tinggi dan Desa: Mendorong perguruan tinggi untuk menjalin kemitraan dengan desa-desa dalam bentuk proyek bersama, magang, atau program pengembangan Bersama; dan (b) Program Mobilitas Mahasiswa: Mengembangkan program pertukaran mahasiswa antara perguruan tinggi dan desa, untuk meningkatkan pemahaman dan keterlibatan menyediakan solusi atas masalah-masalah desa.


6. Program Pemberdayaan Ekonomi Desa, yaitu: (a) Program Usaha Mikro dan Kecil: Perguruan tinggi mendukung usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di desa melalui pelatihan bisnis dan bimbingan teknis; dan (b) Inovasi Produk Lokal: Perguruan tinggi terlibat dalam pengembangan dan pemasaran produk lokal dari desa, termasuk penelitian pasar dan branding.


7. Program Teknologi dan Informasi, meliputi: (a) Penerapan Teknologi Informasi di Desa: Perguruan tinggi mengembangkan dan menerapkan solusi teknologi informasi yang dapat meningkatkan efisiensi dan transparansi dalam pengelolaan desa; (b) Pelatihan Teknologi Digital: Menyediakan pelatihan dan dukungan bagi masyarakat desa untuk memanfaatkan teknologi digital dalam berbagai keperluan, seperti administrasi dan pemasaran.


8. Program Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), mancakup: (a) Program Beasiswa dan Dukungan Pendidikan: Perguruan tinggi menyediakan beasiswa bagi mahasiswa yang berfokus pada studi terkait pengembangan desa dan transmigrasi; dan (b) Program Magang dan Praktik Lapangan: Perguruan tinggi dan pemerintah desa menyelenggarakan magang dan praktik lapangan di desa untuk mahasiswa.


9. Program Evaluasi dan Penjaminan Mutu, yaitu: (a) Evaluasi Program Desa: Perguruan tinggi berpartisipasi dalam evaluasi dan penjaminan mutu pembangunan desa guna memastikan efektivitas dan keberlanjutannya; dan (b) Sistem Umpan Balik: Perguruan tinggi mengembangkan sistem umpan balik untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas program pembangunan desa.


10. Program Kesehatan dan Kesejahteraan, meliputi: (a) Program Kesehatan Desa: perguruan tinggi menyelenggarakan pelatihan bagi tenaga kesehatan dan promosi kesehatan masyarakat; (b) Program Kesejahteraan Sosial: Perguruan tinggi menyusun program kesejahteraan sosial melalui penelitian dan implementasi solusi masalah sosial desa.



Dengan adanya sepuluh daftar peluang terbuka rujukan pembelajaran berbasis proyek (PBL-Project Base Learning) maupun berbasis dampak (OBE-Outcome Base Learning) dari Kementrian Desa dan ditambah lagi dengan semangat kewirausahaan santri atau santripreneur yang diulas secara detail oleh Kyai Mashud Suhud, rektor berharap agar kedepan bersama perguruan tinggi yang tergabung dalam wadah Forum Perguruam Tinggi Peduli Desa (PERTIDES) semua itu menjadi energi positif bagi civitas akademika dalam upaya mendorong PRAMITA sebagai Perguruan Tinggi Unggul dan Kelas Dunia dengan senantiasa tertib dan patuh pada sistem tertelusur pangkalan data sebagaimana arahan Kepala L2Dikti sesuai Permendikbudristek Dikti No. 53/ 2023 tentang Sistem Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi. 






FENOMENA GENERASI STRAWBERRY


Sebagai dosen karir Politeknik Negeri Media Kreatif yang ditugaskan menjadi Rektor sesuai SK Mendikbudristekdikti No. 87310/S/07/2024 tanggal 26 Agustus 2024 maka belajar dari masukan dan arahan para narasumber diatas, putra minang pembina komunitas pengrajin kulit yang terkenal dengan filosofi dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung terasa beroleh tantangan sekaligus peluang yang menarik. Tantangan ini seakan menjadi area pembuktian jiwa dan karakter pramuka atau Kepanduan Hizbul Wathan yang tahun 2007 merintis sekolah kepanduan di Baduy serta sukses membidani lahirnya SMK Yayasan Grafika Banten (2003) serta Fakultas Pariwisata & Industri Kreatif di Universitas Muhammadiyah Tangerang (2017). 



Bahkan sebagai Ketua Ikatan Keluarga Paninjawan Solok (IKPS) Pusat, Dr. Zalzulifa, MP.d melalui platform IBUPANDU saat ini sedang aktif menggerakkan para perantau bersama bangun kampung sebagai bentuk antisipasi menghadapi tantangan besar yang dihadapi oleh generasi muda, salah satunya adalah fenomena yang disebut sebagai Generasi Strawberry. Sebuah istilah yang diperkenalkan oleh Profesor Renald Kasali sebagai generasi yang rapuh dan mudah patah semangat, yang sering kali tidak siap menghadapi tantangan dan perubahan. Fenomena Generasi Z (Gen-Z) dan Generasi Y (Gen-Y) memiliki hubungan erat dengan kekhawatiran tentang Generasi Strawberry. 



Lebih lanjut rektor dengan zodiak LEO identik dengan pejuang ini menjelaskan bahwa Generasi Y (Millennials) dengan rentang usia sekitar tahun 1981 hingga 1996 memiliki karakteristik yang tumbuh seiring dengan perkembangan teknologi digital, internet, dan media sosial. Mereka dikenal dengan sikap yang cenderung optimis, berorientasi pada pencapaian, dan nilai-nilai egaliter. Mereka juga cenderung mencari keseimbangan antara kehidupan pribadi dan profesional. Kecenderungan generasi ini sering kali memiliki keinginan untuk mendapatkan pengakuan dan pengembangan diri yang cepat, serta mengalami ketidakpuasan jika mereka merasa kurang diperhatikan atau jika mereka menghadapi hambatan yang tidak segera teratasi. 



Sementara Generasi Z-Rentang Usia sekitar tahun 1997 hingga 2012 memiliki karakteristik digital native yang tumbuh sepenuhnya dalam lingkungan digital dan media sosial. Mereka cenderung lebih pragmatis, realistis, dan lebih terhubung dengan isu-isu sosial dan lingkungan. Gen-Z sering dianggap lebih mandiri dan berorientasi pada hasil. Kecenderungan generasi ini memiliki potensi kreativitas dan keterampilan teknologi yang tinggi dan mengalami kecenderungan untuk merasa stres atau tertekan karena ekspektasi tinggi yang sering datang dari media sosial dan budaya digital yang serba cepat.



Kekhawatiran tentang Generasi Strawberry tercermin dari beberapa karakteristik dan tantangan yang juga terlihat pada Gen-Y dan Gen-Z, antara lain:


(1) Pengakuan dan Kepuasan Instan: Baik Gen-Y maupun Gen-Z cenderung mencari pengakuan dan kepuasan instan. Mereka sering terpengaruh oleh feedback cepat dan validasi yang datang dari media sosial, yang bisa meningkatkan tekanan untuk terus-menerus tampil sempurna dan mengesankan; 


(2) Ketahanan dan Kesiapan Menghadapi Kegagalan: Generasi Strawberry mungkin memiliki ketahanan yang lebih rendah dalam menghadapi kegagalan atau tantangan. Ini juga terlihat pada Gen-Y dan Gen-Z, di mana ketidakpastian dan hambatan sering kali menjadi sumber stres, terutama jika mereka terbiasa dengan kemudahan akses informasi dan hasil yang cepat; 



(3) Perubahan Teknologi dan Sosial: Generasi Strawberry dan Gen-Z sama-sama hidup dalam era yang penuh dengan perubahan teknologi yang cepat. Meskipun Gen-Y juga menghadapi perubahan ini, Gen-Z adalah generasi yang benar-benar dibesarkan di tengah kemajuan teknologi, sehingga mereka lebih terpapar pada tantangan terkait dengan digitalisasi dan ekspektasi yang lebih tinggi; 



(4) Keseimbangan Kehidupan dan Kerja: Generasi Y sering kali mencari keseimbangan antara kehidupan pribadi dan profesional, sementara Gen-Z mungkin lebih fokus pada pencapaian hasil yang konkret dan segera. Kedua generasi ini bisa merasa tertekan jika ekspektasi mereka tidak terpenuhi dengan cepat atau jika mereka tidak mendapatkan umpan balik yang mereka inginkan.




Dengan varian karakteristik diatas maka Gen-PeDe mengajak Gen-Y untuk memanfaatkan keterampilan digital mereka dalam mendukung pembangunan desa. Selanjutnya Gen-X (Xers) dengan karakteristik terlahir antara 1965-1980 yang dikenal mandiri dan realistis maka Gen-PeDe mengadopsi nilai-nilai ketekunan dan kemandirian Gen-X, menggabungkannya dengan semangat kolektif untuk pembangunan. Demikian juga Gen-Z dengan karakteristik terlahir antara 1997-2012, mereka sangat terhubung dengan isu sosial dan lingkungan maka Gen-Z dengan kesadaran sosial yang tinggi, dapat menjadi bagian penting dari Gen-PeDe dengan membawa perspektif baru dan semangat aktivisme. Dari gambaran ini semua disimpulkan bahwa Gen-PeDe adalah sinergi dari berbagai generasi, menggabungkan kepercayaan diri, keterampilan, dan nilai-nilai positif dari Gen-Y, Gen-X, dan Gen-Z. Ini menciptakan gerakan pemuda yang berfokus pada pembangunan desa yang inklusif dan berkelanjutan. Dengan semangat kolaboratif, Gen-PeDe dapat mengatasi tantangan yang ada dan mendorong perubahan nyata di tingkat desa.






ENAM FIGUR PERSPEKTIF GEN-PEDE, PRAMITA TAWARKAN SOLUSI


Di tengah maraknya fenomena generasi strawberry, kita memiliki tanggung jawab besar untuk menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga kuat secara mental dan sosial. Inilah mengapa Gerakan Nasional Pemuda Penggerak Pembangunan Desa (Gen-PeDe) menjadi sangat relevan dan penting. Gen-PeDe bukan sekadar sebuah inisiatif, tetapi sebuah gerakan yang berfokus pada pemberdayaan pemuda untuk menjadi agen perubahan yang percaya diri dan siap menghadapi berbagai tantangan”, tandas Rektor Pramita. 



Dengan Gen-PeDe, Pramita berkomitmen untuk membekali pemuda dengan keterampilan yang diperlukan untuk berkontribusi secara nyata dalam pembangunan desa dan masyarakat. Ini bukan hanya tentang menciptakan lapangan pekerjaan atau meningkatkan perekonomian lokal, tetapi juga tentang membangun karakter dan kepercayaan diri yang kokoh pada generasi muda. Dalam prosesnya, Pramita akan mendidik para generasi muda untuk menghadapi ketidakpastian dengan keteguhan, menyelesaikan masalah dengan kreativitas, dan memimpin dengan integritas. Generasi yang percaya diri adalah generasi yang dapat mengatasi tantangan, yang tidak mudah terpuruk oleh kesulitan, dan yang siap untuk meraih peluang dengan semangat dan keberanian. 



Sebagai institusi pendidikan, Pramita memiliki peran penting dalam mendukung inisiatif ini. Oleh karenanya berkomitmen untuk tidak hanya memberikan pendidikan akademik yang berkualitas, tetapi juga membentuk karakter dan mentalitas yang kuat pada setiap mahasiswa. Pramita berupaya setiap lulusan tidak hanya memiliki pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga memiliki kepercayaan diri dan keberanian untuk menghadapi masa depan.



Sebagaimana pada awal sambutan, rector mengutip adagium Soekarno “Beri Aku 10 Pemuda akan Kuguncang Dunia, dalam kontek Ge-Pede, rektor berharap minimal 3 pemuda setiap desa atau kelurahan mengikuti kuliah pola Gen-PeDe (kuliah di kampus, kuliah di desa model, kuliah di IKN, dan kuliah di desa asal). Pada saat memberikan sambutan, sejatinya rektor ingin membacakan secara lengkap konsep Gen-PeDe. Akan tetapi melihat figur yang hadir dalam pidato sambutan maka pilihan untuk banyak medengar adalah sebuah keniscayaan. Bagaikan gayung bersambut dengan semangat kewirausahaan global sebagaimana disampaikan oleh Kyai Mashudi Suhud sebagai pakar ekonomi global ada baiknya sosok seperti Kyai Haji Achmad Daclan, Kyai Hasyim Azhari, Jenderal Soedirman, George Bowden Powel, Koonel Sander dan Elon Musk dapat dijadikan contoh figur percaya diri dan berkomitmen dalam membangun desa dan komunitas mereka masing-masing dengan cara dan konteks yang berbeda”.  




SWOT RENCANA AKSI GEN-PEDE



Untuk menjadi Gen-PeDe, pemuda Indonesia perlu mempertimbangkan berbagai faktor kekuatan dan kelemahan yang mempengaruhi potensi mereka. Berikut adalah beberapa faktor yang bisa menjadi kekuatan dan kelemahan:




Faktor Kekuatan: Kreativitas dan inovasi, banyak pemuda Indonesia yang kreatif dan inovatif, memiliki ide-ide segar dan solusi unik untuk masalah yang ada. Kemampuan untuk berpikir di luar kotak adalah aset penting dalam menciptakan terobosan seperti yang dilakukan Sanders dan Musk. Semangat Kewirausahaan yang tinggi dapat mendorong pemuda untuk memulai usaha baru dan mengembangkan ide mereka. Dukungan terhadap kewirausahaan dari berbagai lembaga dan pemerintah juga membantu. Teknologi dan akses informasi semakin mudah ke teknologi dan informasi memberikan peluang bagi pemuda untuk belajar, berinovasi, dan mengakses pasar global. Jaringan dan kolaborasi, kemampuan untuk membangun jaringan dan berkolaborasi dengan orang lain dapat memperluas peluang dan sumber daya. Komunitas yang mendukung dan platform jaringan dapat mempercepat pertumbuhan dan pengembangan ide. Ketahanan dan kegigihan dalam menghadapi tantangan dapat menjadi kekuatan besar dalam mencapai tujuan jangka panjang, mirip dengan keteguhan yang ditunjukkan oleh Sanders dan Musk.




Faktor Kelemahan: Keterbatasan Sumber Daya, dalam akses ke modal, teknologi canggih, dan sumber daya lainnya dapat menjadi hambatan. Kurangnya dukungan finansial atau akses ke investor dapat menghambat pengembangan ide. Kurangnya pengalaman dalam industri tertentu atau pengetahuan teknis dapat membatasi kemampuan untuk menciptakan dan mengelola usaha yang sukses. Pendidikan dan pelatihan yang memadai diperlukan untuk mengatasi hal ini. Infrastruktur yang belum memadai dan regulasi yang kompleks bisa menjadi hambatan bagi pemuda yang ingin mengembangkan usaha atau teknologi. Hambatan birokrasi dan regulasi dapat memperlambat proses inovasi dan pengembangan. Ketidakstabilan ekonomi atau politik dapat mempengaruhi iklim usaha dan investasi. Ketidakpastian ini bisa menjadi risiko besar bagi pemuda yang ingin memulai atau mengembangkan usaha mereka. Kurangnya dukungan dari mentor atau jaringan yang berpengalaman dapat mengurangi peluang untuk belajar dan berkembang. Bimbingan dari orang-orang yang berpengalaman sangat penting untuk navigasi dalam dunia bisnis dan teknologi. Dengan memanfaatkan kekuatan dan mengatasi kelemahan ini, pemuda Indonesia dapat meningkatkan peluang mereka untuk menjadi figur sukses seperti Kolonel Sanders dan Elon Musk.




MODEL KOLABORASI PRAMITA-OPPO



Selain aktif menjalin kerjasama dengan berbagai pihak, sebagai informasi rektor juga menjelaskan bahwa dalam rangka mendukung program KUKEJAR (Kuliah Kerja Wirausaha) salah satu role model kerjasama sinergis antara Universitas Pramita Indonesia dan Oppo Manufacturing Company saat ini dalam pembahasan, diantaranya mengembangkan program magang dan pelatihan yang melibatkan mahasiswa dalam proyek-proyek teknologi Oppo. Ini bisa mencakup pengembangan aplikasi atau solusi berbasis teknologi yang mendukung program Gen-PeDe. Dengan cara ini, mahasiswa mendapatkan pengalaman praktis sementara Oppo mendapat ide-ide segar dan inovatif dari generasi muda, serta dapat berkontribusi pada pembangunan desa secara langsung. Berikut adalah bentuk kerjasama sinergi yang saling menguntungkan antara Universitas Pramita Indonesia, Oppo Manufacturing Company, dan program Gen-PeDe dalam bentuk rancang bangun aplikasi platform inkubator:



1. Pengembangan Platform Inkubator Digital: Universitas Pramita Indonesia dan Oppo dapat bekerja sama untuk merancang dan mengembangkan aplikasi platform inkubator digital yang menghubungkan layanan Oppo dengan desa-desa di seluruh Indonesia. Platform ini bisa mencakup fitur seperti pelatihan teknis, dukungan inovasi, dan program kewirausahaan berbasis teknologi.


2. Kolaborasi Riset dan Pengembangan: Universitas dapat melibatkan mahasiswa dalam proyek penelitian dan pengembangan aplikasi, dengan bimbingan dari Oppo. Hal ini dapat mencakup pembuatan modul pelatihan untuk penduduk desa tentang penggunaan teknologi Oppo serta integrasi produk Oppo dalam solusi berbasis desa.


3. Pelatihan dan Sertifikasi: Oppo bisa menyelenggarakan pelatihan dan sertifikasi untuk mahasiswa dan anggota masyarakat desa

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama