Cakrabanten.co.id, Kabupaten Tangerang – Dalam dunia pendidikan yang terus berubah, sosok guru tak lagi hanya sekadar pengajar di dalam kelas. Di era yang menuntut inovasi, seorang guru harus mampu menggerakkan perubahan, baik bagi siswa, sesama rekan pengajar, hingga komunitas sekitar. Salah satu figur yang tengah menapaki jalan tersebut adalah Agus Sunandar, S.Pd, seorang Calon Guru Penggerak (CGP) Angkatan 11 dari Kabupaten Tangerang.
Saat ini, Agus telah menyelesaikan modul 1 dan 2 dalam Program Guru Penggerak (PGP) dan sedang mendalami modul 3.1. Ia tak hanya mengikuti program ini sebagai kewajiban, tapi juga memaknainya sebagai sebuah perjalanan pengembangan diri yang penting. Dengan motivasi kuat untuk menjadi pemimpin pembelajaran, Agus bertekad untuk menginspirasi dan menggerakkan komunitas belajar di sekolah maupun di luar sekolah. "Saya ingin menjadi guru yang bukan hanya mengajar, tapi juga bisa mendorong perubahan," ungkap Agus penuh semangat.
Mengapa Menjadi Guru Penggerak?
Tak sedikit yang bertanya, apa sebenarnya yang mendorong Agus mengikuti program ini? Bagi pria asal Kabupaten Tangerang ini, jawabannya sederhana namun bermakna dalam. Agus percaya bahwa pendidikan adalah kunci masa depan, dan peran seorang guru sangat vital dalam membentuk generasi penerus. "Menjadi guru penggerak memberi saya kesempatan untuk lebih siap, baik dalam hal kepemimpinan, pedagogi, maupun inovasi dalam pembelajaran," jelasnya.
Agus melihat guru penggerak sebagai sosok yang mampu menginspirasi dan membimbing tidak hanya siswa, tapi juga rekan-rekan guru lainnya. Ia ingin memastikan bahwa proses belajar mengajar di sekolahnya tidak hanya berjalan sesuai rencana, tapi juga memberi dampak positif yang berkelanjutan. "Tugas seorang guru tak hanya selesai di kelas, tetapi bagaimana menciptakan lingkungan yang memotivasi semua pihak untuk terus belajar," tambahnya.
Modul Demi Modul: Proses Menjadi Pemimpin Pembelajaran
Sebagai Calon Guru Penggerak, Agus sudah melewati berbagai tahapan pembelajaran. Modul 1 dan 2, yang fokus pada pengembangan diri dan kepemimpinan, memperkenalkan Agus pada berbagai konsep baru dalam dunia pendidikan. Dari modul-modul ini, ia belajar untuk melihat perannya bukan hanya sebagai guru, tapi juga sebagai pemimpin yang harus bisa menggerakkan rekan-rekan sejawatnya untuk bersama-sama menciptakan perubahan.
Saat ini, Agus tengah berada di modul 3.1, yang menurutnya menjadi titik krusial dalam membangun kemampuan kepemimpinan yang lebih baik. "Di modul ini, saya lebih memahami bagaimana menjadi pemimpin pembelajaran, baik di kelas maupun di komunitas. Penting bagi saya untuk bisa membimbing bukan hanya siswa, tapi juga rekan-rekan guru," ujar Agus dengan penuh tekad.
Tantangan dan Kolaborasi: Kunci Sukses Guru Penggerak
Namun, perjalanan Agus tidak selalu berjalan mulus. Ia mengakui banyak tantangan yang harus dihadapi, baik dari segi waktu, tenaga, hingga resistensi dari sebagian pihak yang enggan berubah. Meski begitu, Agus tak menganggapnya sebagai hambatan, melainkan sebagai bagian dari proses belajar itu sendiri. "Tantangan ada untuk mengasah kemampuan kita dalam mencari solusi. Itu justru membuat kita berkembang," ucapnya penuh optimisme.
Kolaborasi menjadi salah satu aspek penting yang ia pelajari dalam PGP. Menurutnya, seorang guru penggerak tidak akan bisa bekerja sendirian. Dibutuhkan sinergi dengan rekan-rekan guru, kepala sekolah, bahkan masyarakat luas untuk mewujudkan perubahan yang berarti. "Saya yakin, melalui kolaborasi, kita bisa menciptakan lingkungan belajar yang lebih baik," tegasnya.
Menggerakkan Komunitas Belajar di Luar Sekolah
Tidak hanya fokus di dalam sekolah, Agus juga memandang pentingnya menggerakkan komunitas belajar di luar lingkungan formal. Di era digital ini, menurutnya, kesempatan belajar semakin terbuka lebar. Banyak sekali cara yang bisa dilakukan untuk terus belajar dan berbagi pengetahuan, baik melalui platform daring maupun kelompok belajar informal.
"Saya ingin membangun komunitas belajar yang tidak hanya terbatas di dalam sekolah. Komunitas bisa ada di mana saja, dan tugas kita adalah menginspirasi mereka untuk terus belajar," katanya. Agus berharap, dengan membentuk komunitas belajar yang aktif, ia bisa memberikan dampak lebih luas lagi bagi pendidikan, bukan hanya di lingkup sekolah tetapi juga di tengah masyarakat.
Harapan dan Langkah ke Depan
Meski perjalanan sebagai CGP masih panjang, Agus tetap optimis dan penuh harapan. Baginya, menjadi guru penggerak adalah sebuah proses pembelajaran yang tidak pernah berhenti. "Saya berharap bisa terus berkembang dan memberikan yang terbaik bagi dunia pendidikan. Menjadi guru penggerak memberi saya tanggung jawab besar, tetapi juga kesempatan yang luar biasa untuk berkontribusi lebih," ujarnya dengan senyum lebar.
Agus juga berharap agar lebih banyak guru yang tertarik mengikuti Program Guru Penggerak. Menurutnya, semakin banyak guru yang menjadi penggerak, semakin besar pula perubahan positif yang bisa diciptakan. Ia ingin melihat dunia pendidikan yang lebih inklusif, di mana setiap guru dan siswa punya kesempatan yang sama untuk berkembang dan berinovasi.
"Dengan menjadi guru penggerak, saya merasa lebih siap menghadapi tantangan pendidikan di masa depan. Saya yakin, pendidikan adalah kunci perubahan, dan kita, para guru, adalah agen perubahan itu sendiri," pungkasnya.
Perjalanan Agus Sunandar, S.Pd dalam Program Guru Penggerak mungkin baru saja dimulai, namun semangat dan tekadnya sudah membara. Ia adalah contoh nyata bahwa seorang guru bisa menjadi motor penggerak perubahan, tak hanya di kelas tapi juga di tengah komunitasnya. Semoga perjalanan ini terus menjadi inspirasi bagi banyak orang, dan membawa perubahan yang lebih baik bagi dunia pendidikan di Indonesia.
Cakra Banten tumbuhkan minat baca
BalasHapusPosting Komentar