IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA ; Peluang & Tantangan Peningkatan Kulitas Pendidikan di Kabupaten Tangerang



Oleh : Drs. EDI KUSMAYA, M.Pd 

(Pimpinan Redaksi Cakra Banten)



cakrabanten.co.id,- Kontroversi kurikulum bukan barang baru, ia selalu hangat dibicarakan – terutama bagi kalangan pendidik dan pihak terkait dengan pendidikan. Terlebih bagi para guru sebagai pihak paling terdepan untuk melaksanakannya. Sehingga kita mengenal istilah, ganti mentri ganti kurikulum. Kurikulum terdahulu belum bisa dievaluasi tingkat keberhasilannya, bahkan belum secara penuh mampu diimplementasikan, sudah datang lagi kurikulum berikutnya. Begitu seterusnya !



Tercatat selama 76 tahun Indonesia merdeka, pemerintah telah mengganti kurikulum sebanyak 10 kali. Pertanyaan sederhana dan klasik, apakah memang kurikulum harus terus diganti, dirubah dan atau disempurnakan. Jawabnya. YA !



Karena jaman terus beubah. Tidak ada yang tidak berubah, kecuali perubahan itu sendiri. Tidak ada yang abadi kecuali perubahan itu sendiri. Berubah merupakan realita, keniscayaan, sesuatu yang tidak dapat dihindarkan.Begitu kata bijak mengatakan. 



Bagi yang tidak mau berubah, maka ia akan ketinggalan bahkan akan tergilas oleh perubahan itu sendiri. Oleh karenanya perubahan harus dikendalikan keaarah lebih baik, sesuai kebutuhan, potensi, tantangan, peluang, situasi dan kondisi yang ada. 



Belum lagi trend yang sering terjadi, kecepatan perubahan sering lebih cepat dibandingkan dengan pembaharuan kurikulum. Sehingga terkesan kurikulum kita yang selalu disesuakan terkesan selalu tertinggal bila dibandingkan dengan perubahan itu sendiri. Dalam kurikulum belajar tentang A, begitu lulus dalam prakteknya ternyata sudah berubah menjadi B. 



Salah satu bentuk perencanaan perubahan dalam dunia pendidikan adalah kurikulum. Kurikulum adalah semacam acuan, sebagai pedoman untuk menentukan arah dan jawaban di masa sekarang dan yang akan datang. 



Sehebat apapun dan secanggih apapun kurikulum, pada gilirannya bukan terletak pada kurikulum itu sendiri – tetapi bagaimana implementasinya di lapangan. Oleh karenanya persoalannya, bukan hanya pada bagaimana memahami setiap kurikulum – yang lebih penting lagi bagaimana menginplementasikannya.



Persoalannya, bagaimana proses implementasi kurikulum Merdeka dalam peningkatan mutu pendidikan di Kabupaten Tangerang ?



Fakta dan Data

Berdasarkan informasi BPS tentang idek Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Tangerang Tahun 2020 mencapai 71,92. Kualitas kesehatan dan pendidikan penduduk Kabupaten Tangerang mengalami peningkatan, sedangkan dari sisi pengeluaran per kapita yang disesuaikan mengalami penurunan.



Jika melihat data di tahun 2020 bahwa IPM Kabupaten Tangerang kualitas kesehatan dan pendidikan mengalami peningkatan. Ini merupakan peluang sekaligus tantangan – untuk meningkatkan kualitas pendidikan. 



Esensi Kurikulum Merdeka

Kurikulum Merdeka Belajar adalah inovasi dalam pendidikan Indonesia yang bertujuan untuk mengembangkan potensi dan minat belajar siswa. Kurikulum ini memberikan kebebasan kepada siswa dalam memilih minat belajar mereka, mengurangi beban akademik, dan mendorong kreativitas guru.


Ada beberapa hal prinsip dalam implementasi kurikulum Merdeka. Pertama memposisikan minat sebagai hal pertama dan utama dalam keseluruhan proses. Kenapa bukan bakat. Ya, tepat sekali minat peserta didik harus menjadi acuan pertama dan utama. Karena dari sinilah segalanya dimulai. 



Jika peserta didik memulai belajar sesuai dengan minatnya, maka semangat belajarnya akan terbangun. Mereka akan merasa butuh dengan materi pelajaran yang diminati. Lebih dari itu rasa senang akan mendasari dan menentukan langkah selanjutnya. Persoalannya, bagaimana guru mampu menggali dan atau membantu siswa mengidentifikasi minat belajarnya. 



Kedua, mengurangi beban akademik yang biasanya terlalu teoritis dan kurang nyambung dengan kenyataan dalam kehidupan keseharian. Mengurangi materi pembelajaran yang hanya berorientasi pada aspek pengetahuan semata.  Apalagi kalau guru mampu menggali kearipan local, dalam menstimulan minat masing-masing siswa. Persoalan jika muncul beragam minat – itu soal teknis. 



Ketiga, dengan mengacu pada kebebasan siswa dalam menentukan minat belajar dan berkurannya materi yang cenderung akademik, akan memaksa guru untuk bisa kreatif. Jika tidak maka guru akan bingung, dan kurang mampu berkembang serta ber-improvisasi dalam melaksanakan proses pembelajaran. 



Kurikulum merdeka adalah metode pembelajaran yang mengacu pada pendekatan bakat dan minat. Dengan kurikulum ini, pelajar dapat memilih pelajaran sesuai dengan minatnya di berbagai bidang. Dalam pengertian lain, kurikulum mereka adalah kurikulum pembelajaran intrakurikuler yang beragam.



Struktur kurikulum di Kurikulum Merdeka didasari tiga hal, yaitu berbasis kompetensi, pembelajaran yang fleksibel, dan karakter Pancasila.



Proses pembelajaran di Kurikulum Merdeka ditujukan untuk mewujudkan pembelajaran siswa yang holistik dan kontekstual. Sehingga pembelajaran semakin bermanfaat dan bermakna bagi siswa, bukan hanya sekedar hafal materi saja.



Kurikulum Merdeka Belajar sudah mulai diimplementasikan pemerintah sejak tahun 2022 silam. Kurikulum ini bertujuan untuk menyederhanakan kurikulum sebelumnya yang terkesan rumit dan tidak bisa memenuhi capaian kompetensi peserta didik.



Guru merdeka belajar tidak hanya fokus pada aspek akademis, tetapi juga memainkan peran penting dalam membentuk karakter dan etika siswa. Fasilitator pembelajaran memberikan contoh positif, memberikan arahan moral, dan menciptakan lingkungan di mana siswa dapat mempraktikkan nilai-nilai etika.



Aspek lain yang penting dari implemtasi Kurikulum Merdeka, antara lain : 

1) Pembelajaran harus bersifat holistik dan kontektual. Harus menjadi pemahaman bagi para guru, bahwa materi-materi pembelajaran antara satu dengan yang lain saling berhubungan. Tidak ada satu hal pun yang berdiri sendiri. Satu akibat terjadi karena banyak sebab, begitu juga sutu dua sebab karena sebab yang lain. 



Semua hal hal harus diberi makna dan harus kontektual dengan kenyataan. Menjadikan semua informasi menjadi mudah untuk difahami dan dianalisa dalam kehidupan keseharian. 



Guru harus mampu meberikan informasi, pemahaman paling tidak bisa diamati dalam realita – akan lebih baik mampu dipraktekan. 



Perlu digarisbawahi bahwa media pembelajaran bisa juga situasi, benda-benda dan lingkungan sekitar. Tidak harus jauh-jauh dan membahas hal-hal yang kurang kongkrit. 



Persoalannya, bukan pada sebanyak mungkin siswa mempunyai pengetahuan – yang lebih penting, bagaimana memberikan makna dan kontektual dalam kehidupan keseharian. 



2) Tantangan kedua, bagaimana guru mengimplementasikan setiap informasi dan pemahaman dalam keseluruhan proses. Mampu membentuk karakter, etika dan moral. Ini yang kadang kita terlupakan, karena kita terfokus pada materi pelajaran yang cenderung akademik. 



3) Ada beberapa catatan yang harus menjadi perhatian kita, antara lain ; Siswa kurang percaya diri, sering mereka sudah merasa tidak mampu mengerjakan tugas (projek), padahal belum dicoba. Mereka sering dihinggapi rasa pesimis. Mental ini, mungkin terbentuk saat mereka usia dini. Sering disalahkan, kurang pujian, rasa takut berlebihan dll.



Kurang motif berprestasi, dalam pikirannya kurang tertanam selalu ingin yang terbaik. Akibatnya dalam mengerjakan tugas, asal memenuhi saja. Adanya indikasi berkurangnya rasa tanggung-jawab (takut), jika tidak atau belum mengerjakan tugas. 



Disinilah peran guru bukan sekedar mengajar, tetapi sekaligus harus meposisikan sebagai pendidik (motivator, inspiratory dan fasilitator).



Perangkat ajar dalam Kurikulum Merdeka merupakan berbagai bahan ajar yang digunakan oleh pendidik dalam upaya mencapai Profil Pelajar Pancasila dan Capaian Pembelajaran (CP). Perangkat ajar meliputi modul ajar, buku teks pelajaran, video pembelajaran serta bentuk lainnya.



Perangkat pembelajaran yang diperlukan dalam mengelola proses belajar mengajar dapat berupa: buku siswa, silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Siswa (LKS), Instrumen Evaluasi atau Tes Hasil Belajar (THB), serta media pembelajaran.



Sebagai cacatan, implementasi kurikulum Merdeka persoalannya bukan semata masalah teknis dan prosedural tetapi bagaimana guru mengaplikasikan kurikulum ini sebagai suatu seni dan kemampuan ber-improvisasi. 



Pola Pikir 

Dalam upaya menerima dan melaksanakan perubahan, kadang sering terbentur pada pola pikir (mindset). Pola pikir adalah sekumpulan keyakinan yang membentuk atau membangun cara berpikir memahami untuk dapat mencapainya.



Hal ini berkaitan dengan masih ada sebagian kecil guru masih  menerima perubahan sebagai beban yang kurang menyenangkan. Apalagi dituntut untuk meningkatkan kemampuan yang berkaitan dengan IT, menjadi tantangan tersendiri. 



Atas dasar itu, upaya motivasi bagi para guru menjadi hal yang tidak boleh diabaikan. Para kepala sekolah, para pengambil kebijakan dan para instruktur harus pandai-pandai menstimulai motivasi para guru untuk terus membangun dan memupuk semangatnya untuk belajar. 



Ada banyak cara selain dengan berbagai sosialisasi dan bimbingan teknis. Satu diantaranya, sering-sering mereka diberikan apresiasi bagi mereka yang kreatif. Bentuk apresiasi tidak harus materi dan jabatan, pengakuan misalnya atas kreasi para guru merupakan satu solusi.



Harus ada semacam motivasi agar berani mencoba hal-hal yang tidak biasa. Pemikirannya dibawa keluar dari kebiasaan (out of the box) – untuk menemukan hal-hal baru yang tidak biasa. Upaya ini yang terasa masih kurang. Proses pembelajaran masih berkutat hal-hal rutinitas yang sudah biasa dikerjakan dari waktu-ke waktu. 



Karakteristik Tangerang 

Upaya meningkatkan kualitas pendidikan di Kabupaten Tangerang, bukanlah pekerjaan mudah – tapi bukan juga hal yang sulit untuk diwujudkan. Tidak sedikit potensi yang menjadi modal dasar, walaupun tantangannya juga cukup banyak. 



Satu hal pasti harus difahami karakteristik wilayah berikut sosia kultural masyarakatnya. Karena penerapan suau inovasi, harus menyesuaikan dengan kondisi fisik dan psihis masyaraktnya. 



Kabupaten Tangerang dikenal sebagai salah satu kantong industri yang menopang pertumbuhan ekonomi di wilayah Jabodetabek. Pertumbuhan dan mobilitas penduduknya sangat cepat. Sama dengan wilayah penyangga ibu kota lainnya, penduduknya sangat heterogen, jumlah penduduk yang kian hari kian bertambah menjadi tantangan tersendiri terutama dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan. 



Kualitas & Kuantitas 

Jika ingin pendidikan ditingkatkan kualitasnya, tentu banyak factor yang harus ditingkatkan. Bukan hanya terletak pada kurikulum dan cara menginplemtasikannya. Sebagaimana kita ketahui 8 (delapan) standar nasional pendidikan (SNP), yakni: 1) standar isi; 2) standar proses; 3) standar kompetensi lulusan; 4) standar pendidik dan tenaga kepen- didikan; 5) standar sarana dan prasarana; 6) standar pengelolaan; 7) standar pembiayaan; 8) standar penilaian pendidikan.



Jika salah satu standar belum terstandarkan, maka akan mempengaruhi standar lainnya – dan tentunya akan menentukan kualitas pendidikan secara umum. Jadi upaya implementasi Kurikulum Merdeka, sebagai salah satu upaya meningkatkan kualitas pendidikan di Kabupaten Tangerang, harus diikuti juga dengan peningkatan kualitas ke-8 standar minimal pendidikan nasional. 



Kata Kunci

Setiap kurikulum pasti ada pembaharuan, ia harus mengantipasi arah kecenderungan perubahan yang biasanya selalu lebih cepat. Kalau tidak, maka output pendidikan akan selalu ketinggalan dengan trend peruabahan. Jadi sikap dan energy kita jangan terkuras pada mempersoalkan kurikulum. Tapi pada bagaimana, memahami kemudian menginplementasikan kurikulum dalam setiap nafas pembelajaran dan pendidikan itu. Karena perubahan sifatnya mutlak dan tidak bisa dihindari.


 

Setiap kurikulum dapat dipastikan yang terbaik dalam masanya. Namun sehebat apapun kurikulum, tidak akan memberikan kontribusi signifikan, kalau belum bisa diimplementasikan. Jadi persoalannya selalu klasik, ditataran implementasi. 



Maka kunci jawabannya hanya satu, kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)-nya. Pihak pertama dan utamanya adalah “guru”. Ya, di merekalah kunci utama implementasi kurikulum merdeka bisa direalisasikan. Pada gilirannya akan memberikan sumbangsih pada peningkatan kualitas pendidikan di Kabupaten Tangerang khususnya dan Provinsi Banten. 



Ada tiga komponen yang harus terus dibangun dalam melakukan peningkatan SDM guru. Pertama, pengetahuan, sikap dan keterampilan. Pola yang dijadikan acuan, pembinaan harus ditekankan pada aspek latihan, latihan dan latihan. Bukan pada seberapa banyak pengetahuan yang diperoleh, tapi pada bagaimana konsep tersebut dikaji dan diterapkan pada pola pembelajaran. 



Kemudian secara berkala, implementasi tersebut dianalisa diadakan perbaikan secara bertahap. Proses ini yang harus sering dilakukan. Tidak akan ada kesempurnaan tanpa proses, dan proses yang terbaik adalah implementasi. 



Kata kunci terakhir. Pola pikir (mindset) ini juga penting. Sehebat apapun kurikulum, jika pola pikir kita khususnya para guru – belum terbiasa menerima perubahan dan budaya motif berprestasi masih kurang. Maka terus apresiasi dan latih para guru untuk menginplementasikan kurikulum merdeka. Insya Allah kualitas pendidikan di Kabupaten Tangerang, akan meningkat.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama