TANTANGAN PENULIS PEMULA



Oleh : Edi Kusmaya, M.Pd 

(Pemred Cakra Banten)



Dengan hanya menunggu inspirasi, kita akan berhasil menemukan satu inspirasi. Tapi dengan aktif mencari, kita bisa mendapatkan ratusan inspirasi dalam satu hari.



Pengalaman guru yang paling baik, begitu kata pepatah. Belajar dari pengalaman merupakan proses alamiah yang telah diakui keunggulanya. Paling tidak ada empat “tantangan utama” sering dihadapi para penulis, khususnya bagi pemula.



Sebagian pengalaman berikut ini, diharapkan mampu membantu mempercepat proses pematangan, bagaimana sebaiknya belajar menulis ilmiah popular (Artikel/Essay), dan apa yang harus dihindari.



Muluk


Bila semangat datang, biasanya diikuti dengan keinginan menulis sesuatu masalah “setinggi bintang di langit”, menarik, dan belum banyak dibicarakan. Pokonya lain daripada yang lain.



Oke. Setiap orang punya hak untuk itu. Namun, bila nafsu besar tenaga kurang, malah bisa jadi boomerang. Tantangan pertama tersebut justru siap menjatuhkan, pada saat kita akan mulai melangkah.



Mulailah dengan hal sederhana dan tampak sepele. Cari inspirasi di sekitar kehidupan sehari – hari, apa yang bisa lihat dan rasakan. Itulah sumber gagasan paling berharga. Jika pelajar, bicara masalah keinginan, Pramuka, cita – cita keperguruan tinggi dsb. Kecil itu indah. Berpikirlah dari hal kecil. Justru dari sinilah kita akan memulai pekerjaan besar. Oleh sebab itu, hindari menulis sesuatu yang kita sendiri tidak tahu persis duduk persoalanya.



Tembak langsung


Ya. Jangan bertele – tele. Langsung saja pada pokok persoalan. Pembaca tentu akan senang, apabila penulis tidak banyak “ngecap”, yang penting isi, bukan basa basi, meski dalam pembukaan sekalipun. Bumbu memang perlu agar tulisan terasa renyah. Tapi tetap harus ringkas dan padat.



Kecenderungan hidup gaya masa kini segalanya ingin serba praktis dan cepat. Semua orang tiap saat berpacu dengan waktu, tulisan yang terlalu panjang, hanya akan menjengkelkan pembaca.



Memang tidak ada batas ideal harus seberapa panjang (halaman/karakter) dalam menulis sebuah artikel. Bergantung pada banyak faktor, seperti : keinginan penulis, serta disesuaikan dengan lahan yang disediakan oleh media cetak seperti (koran/majalah). Namun bisanya berkisar antara 3 s/d 8 halaman folio tik dua spasi atau atau 1200 (karakter).



Satu hal pasti, kualitas tulisan tidak ditentukan karena panjangnya, atau banyaknya kata-kata. Meski tidak semua tulisan yang pendek dijamin berkualitas. Batas idealnya sesuai kebutuhan. Pokoknya simple itu lebih baik. Titik.



Sok Inggris


Ada semacam penilaian keliru, sedang melanda sebagian besar penduduk Negeri ini. Coba amati seperti nama – nama komplek perumahan, toko, dan merk produk, nyaris semua berbau barat seperti nama tempat, toko dll.



Globalisasi, modernisasi, dan trend. Benar. Tapi apakah harus kehilangan jati diri. Salah satu identitas bangsa adalah bahasa. Banyak bangsa di dunia yang tidak memiliki bahasa nasional. Kita harus bangga. Bahasa Indonesia tidak tertutup. Ia menerima unsur – unsur serapan. Baik dari bahasa daerah maupun asing, serta selalu berkembang. Namun tidak berarti harus dinomorduakan. Hindari penggunaan kata asing yang berlebihan, jika belum ada pandangan yang pas, tulis dua – duanya (dalam tanda kurung)



Suatu hal yang pasti, kualitas tulisan tidak ditentukan sampai berapa banyak pemuatan istilah asing-nya. Semakin banyak istilah asing, bisa jadi malah semakin banyak hal kurang dipahami pembaca.



Tahan Banting


Ini barangkali yang paling menantang. Ngomong gampang, pelaksanaan sulit. Sebagian mentalitas bangsa kita yang kurang tahan banting. Malah banyak kasus kalah sebelum bertanding. Kurang gigih, cepet kalah, ingin cepat berhasil dalam segala hal, dan doyan mencari “kambing hitam”.



Menulis bukan masalah bakat. Ia lebih bersipat keterampilan. Jika sering berlatih, pasti banyak gagal. Tapi justru dari kegagalan tersebut, tanpa terasa kita sedang menuju sukses. Tidak ada seorang penulis terkenal pun, yang menjadi begitu berhasil hanya satu dua minggu saja. Semua berangkat dari NOL BESAR.



Nah, justru kita harus siap menerima kegagalan demi kegagalan sebagai tantangan. Karena kegagalan hanyalah keberhasilan tertunda. Selamat belajar, sukses menanti.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama