Mengisi Waktu Senggang dengan Menulis ; Asyik dan Menyehatkan

Dok. Cakra Banten 


Oleh : Edi Kusmaya
Pimpinan Redaksi Cakra Banten


Setiap orang pasti punya waktu senggang, sesibuk dan sepadat apapun bekerja. Banyak hal yang bisa dikerjakan untuk mengisi waktu itu dengan berbagai kegiatan, yang bersifat rekreatif. Menulis misalnya.


Ada pepatah mengatakan, “Waktu adalah uang”. Begitu populernya ungkapan tersebut, seringkali kita kurang begitu memikirkannya secara mendalam. Coba saja kita semua diberi waktu oleh Sang Pencipta, satu hari satu malam selama 24 jam. Orang bijaksana akan memandang waktu adalah kesempatan, dan setiap waktu hanya sekali terjadi. Oleh karena itu, kita harus memanfaatkanya secara optimal. 


Sejarah menceritakan, seorang Napoleon misalnya, memanfaatkan waktu senggang dengan membaca buku-buku kemiliteran. Ia ingin menggunakan waktu sebagai tangga untuk mencapai ilmu pengetahuan, agar cita-cita sebagai prajurit tangguh bisa terwujud. Sementara prajurit lain, hanya diam-diam saja, atau sekedar ngobrol untuk menghabiskan waktu. Akhirnya Napolean tercatat dalam sejarah menjadi panglima perang ulung bahkan menjadi kaisar Perancis.


Orang sibuk tidak akan pernah berhenti berfikir. Pekerjaan yang tidak akan pernah selesai, akan membuat pikirannya selalu bekerja dan merekam banyak masalah sebagai bahan tulisan. Semakin kaya  pengalaman, semakin banyak hal yang bisa dijadikan topik tulisan. Jadikan waktu senggang menjadi kesempatan berharga.


Ada semacam anggapan, menulis hanya bisa dilakukan dengan baik oleh mereka yang berbakat. Talenta memang berpengaruh, tetapi bukan satu-satunya syarat penentu – apakah seseorang bisa menulis atau tidak. Bahkan ilmuwan legendaris Thomas Alva Edison mengatakan, bakat diperoleh 1%, selebihnya 99% latihan. Jadi sebenarnya bakat tidak lain perpaduan kerja keras, tekad  dan kemaun. 


Menulis adalah pekerjaan lebih bersifat individu, sedikit bakat didorong oleh motivasi tinggi untuk berkarya. Jadi, orang yang tidak berbakat sama sekali ialah mereka yang merasa takut tidak memiliki bakat – akhirnya tidak berbuat apa-apa.
Minat yang dikembangkan dengan baik, ditaburi ketekunan serta kerja keras, akan membuka wawasan luas – perlahan namun pasti akan membuka jalan untuk bisa menjadi penulis kreatif dan produktif.


Menekuni bidang menulis, tidak harus menjadi mata pencaharian (profesi), karena setiap dari kita apapun pekerjaannya bisa melakukan aktivitas menulis, sesuai dengan bidang masing-masing. Guru, pedagang, pengusaha, polisi, dokter dan dosen misalnya. Mereka inilah yang dikenal oleh masyarakat sebagai penulis lepas (freelance). Kualitas tulisan biasanya cukup “berbobot”, karena tulisannya terspesifikasi pada bidang pengetahuan dan keahliannya. Mendalam, kaya akan wawasan dan pengalaman, karena memang yang dibahas serta dikembangkan berada dalam wilayah bidangnya masing-masing. Bila ia seorang guru, akan menulis di sekitar masalah pendidikan. Kalau penulis seorang dokter, tentu akan berbicara soal kesehatan, dst.


Bagaimana dan darimana harus memulai menulis ? Tidaklah sulit, pada saat bekerja atau beraktivitas keseharian, sering ada pengalaman menarik. Jadikan pengalaman tersebut sebagai sumber inspirasi. Begitu juga ketika membaca, berdiskusi dengan rekan, kerap muncul persoalan aktual untuk dicuatkan ke permukaan melalui tulisan. Jangan ditunda terlalu lama, cepat tulis di agenda di keretas, di Hp atau laptop. Ini penting, karena kemampuan mengingat dan daya tampung memori kita terbatas. Teknis penulisan gagasan atau ide tersebut, bebas – yang penting dimengerti oleh kita. Bisa berupa pernyataan, pertanyaan atau uraian singkat. Begitulah seterusnya, apabila terlitas gagasan, terbayang topik persoalan, muncul ide dalam pembicaraan dan persoalan dalam aktivitas membaca misalnya. Apabila rajin mendokumentasikan, akan terkumpul gagasan berharga, sebagai sumber inspirasi tulisan. Ada baiknya ketika ada waktu, catatan tersebut kemudian disatukan dalam sebuah buku atau file dalam komputer. Kumpulan coretan tersebut, akan menjadi bank ide – sangat membantu manakala kita akan mencari/memilih untuk dikembangkan menjadi sebuah tulisan. Jadi tak perlu kebingungan mencari inspirasi awal untuk memulai menulis, ketika waktu senggang datang. 


Manakala kesempatan muncul di sela-sela kesibukan pekerjaan, diantara rutinitas keseharian, atau pada saat-saat tertentu, catatan tadi bisa dipelajari kembali. Kemudian pilih salah satu ide pokok yang cukup menarik, aktual dan belum banyak dibahas penulis lain untuk dikembangkan.


Sambil mengumpulkan bahan dari berbagai sumber, ditambah menampung pendapat dari orang yang mengusai persoalan, ide yang sudah kita pilih kemudian dikembangkan dalam bentuk kerangka tulisan. Bentuknya bebas, yang penting bisa dijadikan rambu-rambu bagi kita. Kerangka tersebut akan menjadi acuan dalam proses pengembangan tulisan lebih lanjut, selain pembatas agar argumentasi tidak keluar dari pokok bahasan. 


Bagi pemula kerangka tulisan tidak saja membantu dalam proses pengembangan hingga penyelesaian, juga membantu peningkatan kualitas tulisan. Sebab alur pikiran bisa dintuntut lebih sistematis, selain penyelesain tulisan bisa dikerjakan sesuai kesempatan. Di sela kesimbukan bekerja, saat rehat dari rutinitas bisa dimanfatkan melanjutkan tulisan. Bahkan saat menunggu membeli tiket atau menunggu giliran antrian suatu keperluan. Apalagi kalau mempunyai lap top, note book, gadget atau alat teknologi canggih lainnya – berkarya semakin praktis dan fleksibel. Menulis tidak perlu khawatir lupa bagian mana yang sudah dan akan dikembangkan, karena rambu-rambunya sudah ditulis. Semua proses disesuaikan kesempatan kita masing-masing. Mudah kan ?
Bentuk kerangka tulisan tidak harus kaku, disesuaikan dengan selera. Sehingga dapat dijadikan acuan, dari mulai merumuskan gagasan, mengembangkan bahan, sampai proses penyusunan tulisan. Sebagai salah satu acuan, kerangka tulisan seperti membuat daftar isi sebuah buku. Bedanya keranggka tulisan dibuat sebelum karya disusun – sedangkan daftar isi dirumuskan sesudah tulisan selesai disusun. Cara kerjanya mirip pelukis, sebelum mengoleskan kuas ke kanvas, ia membuat sketsa terlebih dulu. Oleh karena itu apabila outline sudah disusun, sebenarnya separuh tulisan telah selesai. Dizamin ! karena gambaran seluruh batang tubuh tulisan sudah dapat dibaca, tinggal memberi “daging” dan sedikit sentuhan seni sastra. 


Pada proses pembuatan kerangka tulisan, harus selalu berpedoman pada gagasan/ide/topik atau tema yang telah dirumuskan. Cara seperti, memperkecil kemungkinan pembahasan keluar dari isi (konten) tulisan. Namun demikian pedoman tersebut bukanlah harga mati, ia bersifat fleksibel – artinya bisa masih bisa berubah sesuai kebutuhan. 


Bagaimana dengan judul. Ia merupakan bagian penting, setelah outline. Judul ibarat iklan, harus menarik minat pembaca. Paling tidak ada empat hal yang harus diperhatikan. Pertama, harus atraktif (pamer – menarik perhatian) , meski tidak berlebih atau bombastis. Misalnya; Kiat Jitu Melamar Kerja, Kalau Uang Bicara Semua Bisa Diatur ? Kedua, merupakan inti penting dari tulisan. Hanya dengan membaca judul, pembaca sudah bisa memprediksi apa yang akan dibicarakan penulis. Ketiga, komunikatif – mudah dipahami; jelas, ringkas dan sederhana. Keempat, logis – pasti tepat dan dipercaya.


Setiap penulis mempunyai cara tersendiri dalam mencari kemudian merumuskan judul. Ada yang dibuat sebelum tulisan jadi, tetapi banyak juga yang dimatangkan justru manakala karya sudah selesai disusun. Mana yang paling baik, semuanya juga bagus – tinggal bagaimana proses itu berjalan. Jadi bagimana selera kita.


Setelah judul,  bagian penting lainnya yang harus menjadi perhatian adalah pendahuluan (lead). Banyak yang berpendapat, membuat alinea pertama dalam satu tulisan ibarat merayu seorang gadis. Sulitnya bukan main. Tetapi apabila kata pertama sudah didapat, berikutnya akan meluncur lancaaaaaaar. 


Pembuka, sekaligus sebagai umpan bertugas menarik perhatian pembaca, agar menyempatkan diri menyimak tulisan hingga titik tinta penghabisan. Lead yang memikat diikuti penuturan ide berkelanjutan dan sistematis, merupakan salah satu ciri tulisan berhasil. 


Biasa mengawali sebuah tulisan, merupakan kendala tersendiri bagi pemula. Gampang-gampang susah, kata mereka. Namun latihan, akan teratasi dengan sendirinya. Oleh karenanya, membuat pembuka diperlukan pengetahuan dan keterampilan khusus. Selain harus menarik, tetap mempertimbangkan etika, tata bahasa, kemudahan pemahaman, kepastian dsb. Paling tidak ada empat hal penting :


Pertama, mampu menggaet pembaca. Tarik perhatian pada kata awal. Caranya dengan menggunakan kata-kata “penggoda”, supaya ada greget. Contoh; Ia mempunyai dua ratus kaki, seribu jari, seratus hidung dan beberapa terompet. Kaki-kaki itu merayap mendekati panggung sambil mendengarkan suaranya yang menggema……


Apakah itu ? Mahluk ruang angkasa-kah, monster atau apa gerangan ? pembaca bertanya dalam hati, bingung. Ternyata dugaanya meleset. Ternyata, cerita grup pemain drum band yang sedang berbaris, mendekati panggung kehormatan. Meski penulis bercanda, tetapi bukan menipu. 


Kedua, ringkas dan jelas, tidak bertele-tele. Kata atau kalimat yang diperpanjang hanya akan membuat pembaca bosan dan penat membacanya. Singkat, tepat, jelas enak dibaca dan menarik. Hal utama dalam pembuatan kalimat pembuka.


Ketiga, hindari kata-kata klise, seperti “Dalam rangka …..”, “Berhubung dengan”atau “Pada suatu hari …” Begitu juga tidak menggunakan kata-kata berbunga-bunga, agar pembaca tidak muak.


Keempat, pasti. Pastikan dalam pembuka menyampakan fakta dan data. Hindari penggunaan kata-kata meragukan, seperti ; diduga, mungkin atau kalau tidak salah dst.


Bagian terakhir sebuah tulisan, adalah penutup. Mengakhiri sebuah karya tulisan bisa gampang bisa juga sulit. Penutup juga berperan penting dalam menentukan apakah kita gagal,  atau berhasil menutup tulisan. Kalau gagal, bisa jadi pembaca kecewa. Lebih tidak diinginkan, menjadi tidak berminat lagi membaca karya kita berikutnya. Oleh sebab itu beri perhatian khusus, sebagaimana kita memberi perhatian pada bagian pendahuluan. 


Sebagai referensi dikenal ada lima jenis penutup tulisan :

a) Ringkasan
Jenis penutup ini paling banyak digunakan, terutama bagi pemula, khususnya dalam tulisan ilmiah populer atau artikel. Tujuan penutup untuk mengingatkan kembali kepada pembaca, tentang masalah yang telah diuraikan.

b) Menyimpulkan
Bentuk penutup ini, sama dengan ringkasan, supaya pembaca bisa paham pada uraian yang telah disampaikan pada bagian sebelumnya. Bedanya, penulis membantu menyimpulkan, menginterpretasikan, menduga dan atau menapsirkan maksa yang ada di balik fakta dan data.

c) Klimaks
Gaya penutup ini, biasanya digunakan pada tulisan sastra (cerpen, novel dan sejenisnya). Penulis mengakhir kisahnya dengan puncak peristiwa. Namun pada tulisan artikel, biasanya jarang digunakan.

d) Mengagetkan
Bagaimana pembaca dibuat kaget, karena tidak menduga penulis bakal mengakhiri tulisannya. Tipe penutup ini pun, biasa dipakai dalam karya sastra.

e) Bertanya 
Jawaban atas pertanyaan yang diajukan penulis pada dasarnya pembaca sudah mengetahui, karenanya penulis tidak perlu menjawab. Pertanyaan tersebut bisa menggelitik rasa penasaran atau pun bernada serius. 


Bagi yang belum terbiasa, menulis, sudah barang tentu akan mengalami berbagai hambatan. Jangan sekalikali kalah. Kegagalan hanyalah keberhasilan tertunda. Ingat waktu kita belajar mengendarai sepeda, setiap kali jatuh – lalu berdiri dan mencoba lagi. Begitu seterusnya hingga akhirnya mahir juga. Menulis pun seperti itu. 


Adai suatu saat sudah berjalan lancar, hal pertama yang akan ditemui adalah keasyikan tersendiri. Anggaplah menulis sebagai kegiatan selingan, untuk mengimbangi rutinitas pekerjaan, sehingga terhindar dari kejenuhan. Setelah tulisan selesai, maka kepuasan batin pun akan didapat – tanpa harus ditunggu. Apalagi jika buah karya pemikiran kita, dapat dipublikasikan, rasa bangga akan didapat. Aktivitas menulispun bisa menyehatkan, karena otak kita terus dilatih, kepekaan sosial tetap terjaga, rasa keindahan pun bisa disalurkan melalui gaya berbahasa. Semua itu, merupakan proses berfikir, menurut hasil beberapa penelitian bila kemampuan berfikir kita terus dilatih, maka bisa memperlambat penuaan dini, atau setidaknya memperlambat kepikunan. Insya Allah.


Kini semuanya sudah jelas, tunggu apa lagi ? Selamat berkarya memanfaatkan waktu senggang, sebaik mungkin. Sukses menanti !






Editor : Redaksi Cakra Banten 

2 Komentar

  1. Secara keseluruhan tulisan Master bagus dan menginspirasi, terstruktur juga jelas...

    Teruslah berkarya Master, I'm So Proud Of You...

    BalasHapus
  2. Trims mari kita sama saling membelajarkan

    BalasHapus

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama