Raksasa Pemangsa Bulan

foto : Buku Raksasa Pemangsa Bulan


Desa Tegalkunir Lor mendadak gaduh. Ketenangan dan kenyamanan tiba-tiba raib saat berkembang desas-desus menyeramkan itu. Konon akan muncul raksasa pemangsa bulan di desa mereka. Semua orang ketakutan. Mey juga. Namun, tidak dengan Agus, sahabat  Mey. 
Hingga pada suatu malam ketika Mey dan Agus pulang ngaji,  Mey melihat penampakan raksasa itu muncul ketika tiba-tiba langit terlihat gelap. Mey menjerit ketakutan. Ia berlari kencang tanpa memedulikan Agus yang mengikutinya dari belakang. Esoknya, di sekolah anak-anak ramai mendengarkan cerita Mey. Pak Guru ingin membuktikan kebenaran cerita Mey. 


Akankah Desa Tegalkunir Lor mampu selamat dari ancaman raksasa pemangsa bulan?


Cukup propokatif,  dan sedikit membuat penarasan - itu kesan pertama yang kita peroleh. Buku ini, sangat cocok dibaca anak-anak sebagai pengetahuan,  karena di dalamnya diceritakan bagaimana proses terjadinya gerhana bulan yang dikemas dalam sebuah cerita. 


Melalui cerita, kejadian alam tersebut akan lebih mudah dicerna dan dipahami. Tentu saja dengan pendampingan guru untu mengelaborasinya. Di tengah serebuan teknologi cangih, buku cerita sebenarnya masih mempunyai keunggulan jika tepat memberikan pemanaan. Apalagi jika cerita tersebut, ditulis oleh sang guru sendiri akan lebih apdol. Latar belakang  kearipan lokal wilayah, akan membantu memberikan kemampuan  imajinatif  bagi siswa,  khususnya bagi anak-anak yang tinggal di sekitar Pantai Utara Kabupaten Tangerang Banten.


Siapa gerangan penyusunya ?

Sebagaimana tersurat di bukunya; NIA KURNIASIH. Beliaulah penulisnya, lahir di Bogor 23 April 1972. Masa kecil bersekolah di SDN Gunung Batu 3, SMPN I Ciawi,  SPG PGRI Bogor,   melanjutakan D2 di IKIP Jakarta. Selesai kuliah D2 aku pernah menjadi guru honor di SDN Gadog 2, SDN Ciawi I dan SD Amaliah Ciawi.


Sejak tahun 1999 mengajar di SDN Tegalkunir Lor II Kec. Mauk Kabupaten Tangerang.  Selama 20 tahun Ia menjalajani tugasnya sampai sekarang. Ketika ditanya, bagaimana selama tugas di tempat yang sama?, 


“Menjemukan memang Pak. Bukan saya bosan dengan anak-anak,  dan  mengajar tapi kadang jenuh dengan keadaan yang tidak bisa merubah diriku. Membuat aku semakin terlena dengan situasi yang nyaman dan monoton. Sebagai guru aku ingin punya sesuatu yang dapat kubanggakan, meski aku tak bisa berprestasi. Aku ingin sekali punya karya. Tapi aku tak pernah menemukan orang yang dapat memberi motivasi. Peluang untuk berprestasi pun tak pernah kutemui. Memiliki sebuah jabatan dan berprestasi dengan cara tak terpuji bukan ambisiku. Aku ingin punya sesuatu agar orang mengenal siapa aku. Untuk meningkatkan kompetensiku, selalu mencari informasi baik lewat teman atau pun lewat media sosial. Berbagai pelatihan dan seminar sering ku ikuti, meski pun itu dengan dana sendiri. Karena jika untuk meningkatkan kompetensi hanya mengharapkan tugas dinas, itu tak akan mungkin. Biasanya jika ada pun mereka lebih menunjuk orang yang mereka kenal dan dekat saja”.

Penulis (tengah) Nia Kurniasih, bersama Pimred Cakra Banten (Kanan) dalam Acara Bedah Buku Raksasa Pemangsa Bulan di Perpusda Kabupaten Tangerang


Lantar kapan mulai belajar menulis ?


“Sebenarnya sudah lama senang menulis, dan ingin menulis.  Sejak kecil sudah senang membaca buku.  Membaca sudah menjadi bagian dari hidup. Rasanya seperti ada yang kurang jika sehari saja tnpa membaca. Dulu jika ingin membaca aku suka ke taman bacaan untuk meminjam buku. Taman bacaan itu tak jauh dari rumahk. Saat remaja suka berlangganan koran, majalah Anita dan Femina. Berlangganan koran masih kulanjutkan hingga memiliki anak pertama. Setelah mengena HP dan media social,  tak pernah lagi berlangganan koran. Karena semua bacaan apa pun dapat diperolah  dengan searching di google. Lebih hemat buat ibu-ibu seperti aku … heee”. 


Terus bagaimana proses hingga bisa menyusun buku, “Raksasa Pemangsa  Bulan ?”. Mulai menggali potensi  dari kesenangan  membaca. Sudah lama sekali ingin bisa menulis. Menulis di sebuah media dan memiliki sebuah buku adalah impian. Hingga akhirnya  mengenal  gurusiana di medsos.  Gurusiana adalah blog keroyokan guru, tempat guru menuangkan segala macam idenya lewat tulisannya. Berbagai penulis dari seluruh Indonesia ada di sana. Gurusianalah tempat prtama belajar menulis. 


Melalui komunitas gurusiana bertemu dengan seorang penulis  senior dari Tangerang  yaitu Edi Kusmaya. Beliaulah yang lantas menyemangatiku untuk menulis dan  banyak belajar.  Selallu ditantang untuk membuat sebuah tulisan.  Aku memang suka sekali dengan tantangan yang bisa menguji kemampuanku. "harus bisa, sebisa bisa,  pasti bisa" itulah kata penyemangat yang selalu Beliau katakan. Kata-kata itu seolah-olah telah menghipnotis aku hingga akhirnya aku dapat membuat sebuah karya berbentuk buku, bukan lagi tulisan-tulisan yang hanya dibaca sepintas lalu. Bagiku Edi Kusmaya adalah guruku dalam menulis”.


Bagaimana setelah Ibu berhasil membuat buku ?  “Senang dan bangga sekali memiliki karya sendiri. Meskipun bukuku itu belum  mendapat apresiasi dari pihak-pihak terkait. Bangga karena telah membuktikan aku beda, dengan yang lain. Ingin orang tak lagi mengenalku karena wajahku, tapi karena karyaku. Senang, karena dengan buku pulalah kini orang banyak perlahan namun mpasti mulai mengenal. Bukuku telah  dimikili orang dari mana pun, bahkan sampai ke luar pulau. Buku si Raksasa, sudah berada di tangan Bunda Unifah Rosyadi, Ketua Umum PGRI Pusat. Kini aku sedang menyelesaukan naskah buku keduaku. Semoga harapanku dapat terwujud”.


"Dengan membaca kau akan mengenal dunia dan dengan menulis kau akan dikenal dunia”. Beliau mengakhiri pembicaraanya.


Penulis Naskah :  NIA KURNIASIH (MEY NIA)



Editor : Redaksi Cakra Banten 

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama