SAKIT HATI : PENGARUH KETIDAK CERDASAN PERSEPSI

Foto ilustrasi : Mewariskan dan membangun generasi Indonesia Cinta Damai


Oleh : Apandi Syarif 
(Alumni Sanggar Kegiatan Belajar Kabupaten Tangerang)


CAKRA Banten,- Pengalaman menunjukan, di tahun-tahun polilik bangsa ini rentan perpecahan. Walaupun harusnya sudah lebih dewasa. Karena pesta demokrasi sudah dilakukan berulang kali. Namun naluri bertengkar, saling serang kadang lewat batas kepatutan sering terjadi. Apalagi di social media, seolah bebas, sebebas bebasnya. Tidak sedikit di atantara kita menggunakan bahasa mencaci maki dengan bahasa yang bukan lagi keras, tapi KASAR. 


Apa memang itu demokrasi dan karakter kita sesungguhnya? Katanya kita orang Timur, berbeda dengan Barat. Kita lebih luwes dan fleksibel dalam mengukapkan pikiran, bahasa dan berprilaku ? Jawabnya tentu ada dalam diri kita masing-masing. 


Barangkali tulisan Apandi Syarif, alumnus Sanggar Kegiatan Belajar/SKB Kabupaten Tangerang, bisa dijadikan salah satu referensi, “Bagaimana kita menyikapi kondisi masyarakat kini, terutama di tahun politik, agar lebih kondusif dan tidak ada bibit-bibit konflik terutama di akar rumput. Karena bisa jadi, usai kompetisi di atas sudah berpelukan – eh di bawah belum akur heee …”. Semoga tulisan ini menjadi salah satu pencerahan yang menyejukan. (Redaksi)


Kesalah Pahaman (misunderstanding)

Sakit hati atau tidak sakit hati tergantung dari pikiran anda memaknai perkataan, sikap dan perilaku orang lain kepada anda. Makna (Persepsi) adalah respon (penerimaan) penyimpulan anda dari stimulus (masukan informasi) berupa ucapan, sikap dan perilaku orang lain terhadap anda.


Apabila stimulus itu anda respon dengan pemaknaan menyakitkan, maka sakit hatilah anda, apabila tidak anda maknai menyakitkan maka tidak sakit hati anda, inilah sikap tidak respon (unresponsive) terhadap stimulus.


Cerdaskan Pikiran Anda


Pikiran adalah penyimpulan anda dari stimulus lingkungan sekitar anda. Setiap.respon orang berbeda dalam memaknai stimulus itu, tergantung pemaknaan masing masing. Pemaknaan yang benar tergantung dari kecerdasan berpikir, keterbukaan dan keluasan pikiran (open mind), kolaborasi pikiran dan rasa yang menghadikan kebijaksanaan (wisdom).


Marah adalah Rendahnya Pikiran


Marah adalah penyimpulan (conclusion) langsung tentang buruknya respon terhadap diri sendiri tanpa di tata, dikaji dan diuji benar tidaknya. Marah akibat kepentingan diri (ego) lebih dikedepankan daripada empati. Marah dan kecewa akibat gejala sakit jiwa (mental disorder) akibat gejala kejiwaan sosio fermia disorder (penyakit diri merasa paling benar sementara orang lain dipaksa satu pemahaman dengan dia ).


Mengatasi Amarah 


Dalam mengatasi amarah diatasi dengan empati artinya perasaan orang lain disimpan pada perasaan diri, artnya kita memahami perasaan orang lain, apakah perkataan, sikap dan perilakunya memang menyakiti kita ?, apabila ya, kenapa harus sakit hati ? Bukankah sakit dan tidak sakit, tergantung kita, apakah kita mau sakit atau tetap sehat ? Bukankah lebih baik kita kuat dan sehat walaupun (menurut persepsi) kita disakiti ?


Resiko Menyimpan Sakit Hati dan Kebencian 


Sakit hati, menimbulkan sakit jiwa (psychosomatics syndrom), puncaknya adalah ingin menghabisi yang menyakiti (psychopat), itulah akibat sakit hati, stress dan depresi menimbulkan penyakit gila, hilang akal (paranoid) dan berakhir pembunuhan (murder).


Asal muasal Sakit Hati


Asal muasal sakit hati adalah adalah kebencian (hate), menimbulkan ketidak sukaan (dislike), ingin mengusir (chase away) sampai menghabisi jiwa (killing).


Bebaskan Jiwa dari Sakit Hati


Sakit hati disrbabkan berpikir negatif (negative thinking), prasangka buruk (prejudice ; suudzon), rasa marah (anger), permusuhan (enemy) sangat dilarang dalam Islam.

Dalam Psikologi Sosial tingkat amarah adalah :

- Negative thiking (berpikir negatif)
- Prejudice (pra sangka buruk)
- Sikap menjauh (distant attitude)
- Sikap mengintai dan curiga (peeking and suspact )
- Bentrokan, debat, 5aapertengkaraan (Clash )
- Permusuhan dengan saling membalas (conflict).
- Pengusiran (expulsion)
- Penghabisan jiwa (murder)


Pemikiran serta pemaknaan kita tentang stimulus yang tadinya bersikap tenang dan positif menjadi resah gelisah dipengaruhi oleh lingkungan bergaul kita, kondisinya pikiran lebih cepat menerima makna negatif dari stimulus yang didapat dari orang lain atau kelompok yang mendukung prinsip kebenaran kita.


Tawuran masal adalah rasa kekuatan kelompok (in group) atas dasar dukungan dengan cara dibuat atau direkayasanya persepsi yang sama, atau disamakan oleh orang yang berpengaruh tentang perlawanan terhadap persepsi yang berbeda yang ditetapkan sebagai musuh.


Itulah sebabnya dalam Islam harus hati-hati menerima informasi dan stimulus dari luar (tabayun), karena Syetan membisiki perkara yang buruk untuk bermusuhan antara manusia.


Firman Allah :

"Wahai orang yang beriman apabila orang fasik datang kepadamu membawa berita, maka telitilah kebenaran berita itu agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohanmu (kecerobohanmu) yang akhirnya kamu terjerat dalam perbuatan keji." (Q.S. Al Hujurat : 6


"Aku berlindung kepada Allah dari kejahatan Syetan yang tersembunyi yang membisikan kejahatan pada dada (perasaan) manusia, dari golongan Jin dan Manusia." (Q.S. An Nas 1 - 6)

"Dan katakanlah kepada hamba hamba Ku, hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang baik dan benar. Sesungguhnya Syetan itu menimbulkan perselisihan (pertengkaran dan permusuhan) diantara manusia. Sesungguhnya Syetan itu musuh yang nyata bagi manusia."


Hati hati dengan pikiran anda untuk memaknai sesuatu dari luar, terutama stimulus atau respon yang berasal dari orang yang dasarnya tidak anda sukai (dislike).


Poin penting

Hati hati dengan pikiran kita untuk memaknai sesuatu dari luar tetutama stimulus dan respon, sebaiknya dipilah dan dipilih dengan bijak !



Editor : Redaksi CAKRA Banten 

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama