Warga Blok A Perumahan Guru Merawat Gotong-royong

Warga Blok A Perum Guru Merawat Gotong-royong


Sahabat CAKRA! Masih adakah yang tidak tahu, apa itu gotong royong? Dalam kultur masyarakat Indonesia tentunya sudah tidak asing dengan sistim kerja bersama-sama yang satu ini. Sebagai salah satu keindahan pola hidup berasma, orang Indonesia terkenal sebagai masyarakat yang ramah tamahnya serta sifat baiknya yang suka menolong antar sesama. Nah, sebenarnya seberapa penting pengertian dan manfaat dari gotong royong yang sudah menjadi warisan orang tua bangsa Idonesia tersebut?


Gotong royong merupakan salah satu karakteristik masyarakat Indonesia khususnya masyarakat yang tinggal di pedesaan. Sikap suka hidup bersama-sama tersebut yang tertuang dalam Pancasila sila ke tiga, yaitu persatuan Indonesia. Perilaku gotong royong atau saling membantu sudah ada dan dimiliki oleh bangsa Indonesia sejak zaman dahulu. Gotong royong adalah suatu kepribadian bangsa serta budaya yang sudah melekat dan berakar di dalam kehidupan masyarakat.


Dalam upaya merawat rasa persatuan anatar tetangga, Warga Masyarakat Blok A, RT. 05/RW. 01, Perumahan Guru PKGC, Desa Pasanggrahan, Kecamatan Solear, Kabupaten Tangerang, pada Hari Ahad Pagi, mulai pukul 07:00 Wib, hingga menjelang waktu Dzuhur mengadakan kerja bakti membersihkan lingkungan sekitar Blok A, Perumahan Koperasi Guru Cengkareng tersebut dengan bergotong-royong membersihkan saluran drainase dan jalan lingkungan khusus di wilayah Blok A Perum Guru yang pendirinnya diresmikan oleh Wakil Presiden RI, Jenderal TNI (Purn.) H. Try Sutrisno tersebut.




Salah seorang Tokoh Masyarakat Blok A Perum Guru PKGC, Yanto, saat dimintai pendapatnya terkait keutamaan kerja sama warga masyarakat dalam bentuk bergotong-royong, kepada juru warta Tabloid CAKRA Yanto menyampaikan, banyak sekali manfaat yang terkandung dalam sistem kerjasama gotong-royong, di antaranya meringankan pekerjaan, menghemat waktu dan biaya, meningkatkan keterampilan hidup sosial di masyarakat dan bisa mempererat hubungan sosial dan rasa persaudaraan antar sesama.


“Banyak sekali manfaat yang bisa kita dapatkan dalam kegiatan gotong-royong yang kita lakukan, kebiasaan hidup tolong-menolong dan peduli dengan tetangga bisa mengajarkan kepada kita nilai-ilai sosial dan meningkatkan kualitas hidup bersama di masyarakat,” tegas Yanto yang merupakan Warga Perum Guru, asal Belitang, Oku Timur, Sumatera Selatan tersebut.



Sementara itu, Pamungkas, yang juga merupakan salah seorang Tokoh Masyarakat di Perum Guru PKGC, Pria Asal Magetan, Jawa Timur tersebut menyampaikan rasa keprihatinnya dengan kondisi menurunnya kebiasaan hidup guyub dan rukun yang sebelumnya pernah ada di wilayah mereka tinggal saat ini.
“Kebiasaan hidup bergotong-royong seperti ini sebenarnya sejak dahulu sudah terbiasa kami lakukan, sewaktu wilayah Perumahan Guru ini masih dalam satu kepengurusan lingkungan, yaitu masih wilayah RT.03/RW 01, waktu itu Ketua Lingkungan kami dipimpin oleh Alm. Bapak Suharto, Dahulu selain kebiasaan kerja bakti, program sistim keamanan keliling (siskamling), ronda malam dan pengajian keliling di gang-gang, juga kami biasa selenggarakan, sekarang hal itu sudah jarang sekali kami mendapatkan arahan dari pengurus lingkungan kami,” ujar Pamungkas.


Pamungkas menambahkan, sekarang ini kesempatan hidup guyub dan saling bersilaturahi semakin berkurang, kecuali bagi warga yang biasa sholat berjama’ah di masjid, maka silaturahmi tersebut masih bisa terjaga, namun bagi tetangga yang tinggal berjauhan dan enggan sholat berjamaah, banyak yang tidak saling kenal, terang Pamungkas. 


Ia mengharapkan kegiatan kerja bakti dan gotong royong seperti yang dilakukan seluruh warga Blok A Perum Guru, yang tampak kompak tersebut, bisa tetap dipertahankan, karena bisa bermanfaat dalam menguatkan tali silaturahmi sebagai ciri budaya lokal bangsa Indonesia, yang juga bisa berdampak poitif dalam memperkokoh persatuan dan kesatuan masyarakat.


“Kami merasa senang dengan kekompakan yang masih ada di Blok A ini, dengan kerjasama yang terjalin, saling peduli, berkolaborasi, bersinergi, berpartisipasi dan berkontribusi sesuai kemampuan yang ada. Ada yang membawa alat mesin potong rumput, ada yang membawa cangkul, ada yang membawa garpu, cangkul dan sabit, dan ibu-ibunya menyiapkan cemilan dan minuman panas juga minuman dingin,” pungkas Pamungkas.


Sedangkan Agung, salah seorang ayah beranak dua, asal Lampung, yang juga tinggal di Blok A Perum Guru, kepada Insan Pers CAKRA Ia menyampaikan keinginannya, agar Blok A Perum Guru tempat mereka tinggal dibuat gapura, mengingat Blok A Perum Guru lokasinya terpisah oleh Jalan Perum Kota Batara, yang merupakan sub dari pengembangan Perumahan Taman Kirana Surya, sehingga banyak pihak yang beranggapan Blok A Perum PKGC bukan bagian dari Komplek Perum Guru, dampaknya banyak orang yang keliru jika mencari alamat Blok A Perum Guru PKGC.


“Semenjak jalan Batara tersebut dibangun, kami ini terasa terisolir, seakan-akan bukan bagian dari Wilayah Perumahan Guru, sehingga tidak sedikit keluarga atau tamu kami dari Blok A Perum Guru ini yang nyasar jika baru pertama kali mencari alamat kami, karena itu sebaiknya di gang utama Blok A Peru Guru ini segera dibuat gapura yang menerangkan identitas lingkungan kami,” harap Agung.



Diterangkan Agung, salah salah satu dampak dari terpisahnya Blok A dengn Blok B Perum Guru, di Blok A, saat ini belum terpasang saluran PDAM, padahal di Blok B hingga seluruh Blok di RT. 03/01 Perum Guru sudah terpasang jalur air bersih semua, padahal pihak yang megajukan pemasangan tersebut diajukan oleh warga yang juga tinggal di lingkungan Blok A Perum Guru tersebut, terang Agung menambahkan.


“Lucu dan terasa kecewa di hati kami warga Blok A, saat petugas PDAM mengawasi pemasangan jaringan air bersih kerumah warga, saat ditanya mengapa di Lingkungan Blok A tidak dipasang jaringan PDAM, dari pihak PDAM balik bertanya kepada warga kami, dimana lokasi Blok A? Setelah ditunjukkan lokasinya yang di seberang Jalan Batara, mereka baru mengetahui bahwa lokasi kami masih dalam lingkup Perumahan Guru,” demikian Agung menceritakan.
Dalam obrolan santai, di sela giat gotong-royong tersebut, terucap harapan dan keinginan dari sejumlah warga, akan kehadiran dan perhatian pengurus lingkungan, baik pengurus RT/RW dan Pemerintahan Desa Pasanggrahan, agar memperhatikan pembangunan infrastruktur di wilayah mereka, yang sejak dibangun sejak tahun 1996 jalan komplek di Blok A tersebut belum pernah mendapat perhatian, kecuali pembangunan drainase pada masa awal kepemimpinan Kepala Desa sebelumnya, Madrais, SE.


Segenap Warga Blok A Perum Guru PKGC berharap Kepala Desa Pasanggrahan, Agus Setyantoro, yang telah lebih dari dua tahun menjabat pada periode kedua tersebut, memberikan perhatian atas kondisi jalan mereka yang kondisinya sangat memprihantinkan, pengajuan perbaikan jalan komplek tersebut sudah mereka ajukan, namun hingga kini baru balasan harapan yang mereka dapatkan belum berupa tindakan perbaikan.


“Dulu saat kampanye, semua para calon kepala desa, dalam janji politiknya kepada kami berjanji untuk memperbaiki dan membangun jalan di komplek kami, tapi alhamdulillah yang terealisasi baru dari usulan salah seorang anggota DPRD Kab. Tangerang, dan semua pembangunan jalan turunnya di Wilayah RT. 03, termasuk yang di Blok B juga yang mengusulkan kepada DPRD adalah Ketua RT 03, bapak Sri Mulyanto, semoga RT kami bisa mencontoh kinerja RT 03,” ujar salah seorang warga yang turut diskusi dalam kegiatan kerja bakti tersebut. (Kdr)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama