PRAMITA REBORN INSPIRASI & SPIRIT PEMBAHARUAN

Penyerahan Surat Keputusan Pengangkatan Rektor di Kampung Binong dari kiri ; Haura Adawiyah (Anggota dewan Pembina Yayasan Citra Pramita Tangerang), Ichwan Soebadio (Ketua Dewan Pembina Yayasan Citra Pramita Tangerang) Dr. Zalzulifa, M,Pd (Rektor Univ. Pramita Indonesia)





Oleh: Dr. Zalzulifa, M.Pd
(Rektor Universitas Pramita Indonesia)



cakrabanten.co.id,- Kreativitas adalah kunci untuk mengatasi tantangan kompleks dunia saat ini. Kita tidak bisa mencapai visi ini tanpa melibatkan dan membangun hubungan erat dengan masyarakat sekitar, terutama desa-desa yang menjadi bagian integral dari identitas kampus. Oleh karena itu, kampus harus berkomitmen untuk membantu membangun desa-desa yang tangguh dan berkelanjutan, serta menciptakan sinergi saling menguntungkan.


“Pramita Reborn”, diksi yang disampaikan Ketua Dewan Pembina Universitas Pramita Indonesia Ichwan Soebagio pada acara syukuran atas pencabutan sangksi No. 0105/E.E3/DT.03.09/2024 tanggal 1 Feruari 2024 - bukan hanya tentang transformasi fisik kampus, tetapi lebih dari itu; soal semangat pembaharuan dalam pendidikan, kewirausahaan, dan kontribusi nyata terhadap masyarakat global. 


Sosok inspiratif dunia Pendidikan Ki Hajar Dewantara, Kyai Haji Achmad Dachlan, Kyai Haji Hasyim Azhari dengan kawalan internasionalisasi berbasis ideologi - tokoh pandu Jenderal Soedirman dan George Bowden Powel, adalah penyemangat kampus madani yang ingin dicatat sebagai perguruan tinggi kelas dunia. 


Tokoh2 yang menginspiratif dunia pendidikan nasional dan dunia


Dalam konteks ajaran agama, Alqur’an pun tegas menutut agar manusia senantiasa membaca (iqra’) dan bersilaturrahim, dalam bahasa sosologis saling berkenalan. 


Sejalan dengan konsep wisata yang tersurat dalam At-Tahrim “Aku ciptakan manusia berbangsa berketurunan tiada lain agar saling berkenalan”. Data tuntutan agar ummat senantiasa menggunakan daya pikir (49 kali) dan kreatif serta disiplin (427 kali) dalam rangka ikhtiar sebanyak manfaat. 


Antara lain sebagai berikut : Surat Pertamakali turun IQRA’Albaqarah 282, ayat terpanjang dari semua ayat yang ada dalam Alqur’an, terdiri atas : 114 surat, 6.236 ayat, 74.437 lafazh, 325.345 huruf. 49 kali Lafazh “Aqal dalam Al-Qur’an, terdiri atas: ‘Aqala = dia berfikir = 1 kali, Na’kilu = kami berfikir = 1 kali, Ya’kilu = dia berfikir = 1 kali, Ta’qiluun = kamu berfikir = 24 kali, Ya’qiluun = mereka berfikir = 22 kali. Total seluruhnya 49 kali.


MEMBUMIKAN KONSEP REBORN

Dari pengalaman nyata di lapangan bangun Sekolah Kepanduan di Desa Kompol Baduy, terlibat dalam komunitas wirausaha kreatif kerajinan kulit (Sepatu, Sendal, Tas) di desa Kutabaru Pasar Kemis Tangerang serta membangun pesantren Hizbul Wathan di lahan waakaf 5 ha Nagari Paninjawan Solok, sekiranya perintah membaca di atas dalam konteks alam terkembang jadi guru, marilah kita bumikan pemikiran dengan melihat potensi Kawasan Wisata Ubud Tangerang sebagai sebuah tempat domisili PRAMITA di Provinsi Banten, dengan jumlah penduduk ketiga terbesar setelah Jakarta. 


Kota Tangerang terdiri atas 13 kecamatan dan 104 desa/ kelurahan. Tiga belas kecamatan tersebut: Batu Ceper, Benda, Cibodas, Ciledug, Cipondok, Jatiuwung, Karangtengah, Karawaci, Larangan, Neglasari, Periuk, Pinang, Tangerang Kota. Tangerang terkenal sebagai pusat manufaktur dan industri di pulau jawa dan memiliki lebih dari 1000 pabrik. Banyak perusahaan-perusahaan internasional memiliki pabrik di sini yang memiliki cuaca cenderung panas dan lembab, dengan sedikit hutan. 


Tangerang juga memiliki jumlah komunitas Tionghoa yang cukup signifikan, banyak dari mereka adalah campuran Cina Benteng. Mereka didatangkan sebagai buruh oleh kolonial Belanda pada abad ke 18 dan 19, dan kebanyakan dari mereka tetap berprofesi sebagai buruh dan petani. 


Budaya mereka berbeda dengan komunitas Tionghoa lainnya di Tangerang: ketika hampir tidak satupun dari mereka yang berbicara dengan aksen Mandarin, mereka adalah pemeluk Taoisme yang kuat dan tetap menjaga tempat-tempat ibadah dan pusat-pusat komunitas mereka. Secara etnis, mereka tercampur, namun menyebut diri mereka sebagai Tinghoa. Banyak makam Tionghoa yang berlokasi di Tangerang, kebanyakan sekarang telah dikembangkan menjadi kawasan sub-urban seperti Lippo Village.


Kawasan pecinan Tangerang berlokasi di Pasar Lama, Benteng Makassar, Karawaci dan Poris. Orang-orang dapat menemukan makanan dan barang-barang berkhas China. Lippo Village adalah kota baru yang kebanyakan penduduknya adalah pendatang, bukan asli Cina Benteng. Beberapa tahun terakhir, perluasan urban Jakarta meliputi Tangerang, dan akibatnya banyak penduduknya yang berkomuter ke Jakarta untuk kerja, atau sebaliknya. 


Banyak kota-kota satelit kelas menengah dan kelas atas sedang dan telah dikembangkan di Tangerang, lengkap dengan pusat perbelanjaan, sekolah swasta dan mini market. 


Pemerintah bekerja dalam mengembangkan sistem jalan tol untuk mengakomodasikan arus lalu lintas yang semakin banyak ke dan dari Tangerang yang dahulunya adalah bagian dari Provinsi Jawa Barat dan sejak tahun 2000 memisahkan diri dan menjadi bagian dari Provinsi Banten.


Mencermati potensi kebangkitan eonomi kreatif di Tangerang tersebut, setidaknya terdapat beberapa permasalahan yang berasal dari nilai-nilai kepercayaan diri dan diginity wirausaha anak negeri. Hal ini timbul karena hampir belum ada nama kuliner atau produk kerajinan industi kreatif khas yang menjadi branding Tangerang. Lain halnya ketika orang mengatakan belum ke Bogor kalau tidak beli Asinan, belum ke Cibaduyut kalau tidak beli sepatu, belum ke Padang kalau tidak beli Kripik Balado, belum ke Palembang kalau tidak beli Empek-empek, dan lain-lain.


Atas dasar hal tersebut, PRAMITA perlu menggandeng Pemerintah Daerah kerjasama sinergi dengan dunia akademis dalam hal studi potensi industri kreatif dengan membranding merek sendiri dan berupaya mensosialisakan dan mempromosikannya serta menjejaring secara luas. Dalam hal ini adanya hasil riset prduk khas INDO RESTO/ NUSANTARA RESTO serta peluang hadirnya Gerai Industri Kreatif sebagai bagian dari Pusat Inovasi Inkubator Bisnis bekerjasma dengan dunia usaha akan semakin menjadi menarik untuk dicermati.



KAMPUS DAPUR KREATIF

Dalam rangka ujudkan Kampus Riset Terapan Skala Internasional, selain bentuk Kantor Urusan Bisnis dan Investasi (KUBI) serta hidupkan unit penerbitan ada baiknya bentuk Pusat Studi Pemberdayaan dan Pengembangan Jaringan Desa Wisata & Desa Kreatif (PUSPEM-JADESTA). Kampus bukanlah sekadar tempat pembelajaran, tetapi sebuah pusat kreativitas dan inovasi yang melibatkan para mahasiswa, staf, dan masyarakat sekitar. VISI: Menjadi Universitas Unggul Dalam Pengembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Kewirausahaan


PRAMITA: Purposive Research Applied, Multilingual, International, Traceale, and Achievable. Kampus Kreatif Bangun Desa untuk Dunia melalui riset terapan multibahasa skala internasional boleh jadi akan menjadi role model Universitas Kreatif Internasional Pertama di Indonesia, kerjasama Hexahelix Konsorsium. Dalam hal ini Visi kampus kreatif adalah sebagai sumber daya yang mendorong ide dan inovasi, memberikan wadah untuk kolaborasi antar-disiplin, dan menciptakan lingkungan yang memupuk kreativitas dan semangat kewirausahaan. 


Sebagai landasan hukum urgensi KUBI dan JADESTA, LLDIKTI Wilayah IV memiliki Program Perguruan Tinggi Mandiri Gotong Royong Membangun Desa (PTMGRMD) sebagai bagian dari implementasi Permendikbudristek Nomor 53 tahun 2023 untuk mewujudkan Kampus Merdeka Mandiri (KMM) di lingkungan Pendidikan Tinggi. Program ini merupakan penerapan kolaborasi pentahelix yaitu sinergi antara LLDIKTI Wilayah IV, Perguruan Tinggi, Pemerintah Daerah dan Masyarakat agar memiliki ownership dalam peningkatan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs).


BANGUN DESA 

Kita sadar bahwa membangun desa untuk dunia bukanlah tugas yang mudah, tetapi dengan kolaborasi, inovasi, dan kepedulian, kita dapat menciptakan kampus yang tidak hanya mencetak lulusan berkualitas, tetapi juga menjadi agen perubahan positif dalam masyarakat global. 


Untuk itu, dari atas lahan 6 ha, mari bersama-sama melangkah menuju visi kampus kreatif yang tidak hanya memberdayakan para mahasiswa, tetapi juga mendorong pertumbuhan dan kemajuan desa-desa sekitar. Untuk mencapai visi "Kampus Kreatif Bangun Desa untuk Dunia," dibutuhkan pemenuhan sejumlah syarat dan kriteria yang akan menjadi landasan dan indikator keberhasilan. 


Reektor bersama jajaran rektorat dan dekan; Dr. Ednawan Prihana, M.Si (Wakil Rektor 1), Deden Subagja, M.Si (Wakil Rektor 2) dan Dr. Thoriq Kurniawan, S.Ssi, MM (Wakil Rektor 3)


Berikut beberapa aspek kunci yang perlu dipertimbangkan:


Keterlibatan Masyarakat: Desa-desa sekitar harus aktif terlibat dalam pengembangan dan pengambilan keputusan terkait kampus. Program-program partisipatif dan dialog rutin diadakan untuk mendengarkan dan merespons kebutuhan Masyarakat.


Pendidikan Kreatif dan Inovatif: Kurikulum yang mempromosikan kreativitas, inovasi, dan kepemimpinan diintegrasikan dalam semua program pendidikan. Kolaborasi dengan industri dan praktisi untuk memastikan relevansi dan aktualitas kurikulum.


Infrastruktur dan Fasilitas: Fasilitas kampus mendukung kegiatan kreatif dan inovatif, seperti laboratorium riset, ruang kolaborasi, dan pusat kewirausahaan. Infrastruktur desa diperkuat untuk meningkatkan kualitas hidup dan mendukung pengembangan ekonomi local.


Kolaborasi Antar-Disiplin: Program-program yang mendorong kolaborasi antar-disiplin diterapkan untuk menghasilkan solusi yang holistik terhadap permasalahan kompleks. Forum dan kegiatan kolaboratif diadakan secara rutin untuk memfasilitasi pertukaran ide dan pengalaman.


Pemberdayaan Mahasiswa dan Masyarakat: Mahasiswa didorong untuk terlibat dalam proyek-proyek yang memberdayakan masyarakat setempat. Program pengabdian masyarakat dan magang di desa-desa untuk memberikan kontribusi langsung pada pembangunan lokal.


Berkesinambungan dan Ramah Lingkungan: Praktik-praktik berkelanjutan diterapkan di kampus dan desa-desa, termasuk manajemen limbah, energi terbarukan, dan konservasi alam. Peningkatan keberlanjutan pertanian dan usaha lokal.


Kemitraan Eksternal dan Internasional: Kampus membangun kemitraan yang kuat dengan lembaga pemerintah, swasta, dan organisasi internasional untuk mendukung pengembangan desa dan menciptakan jaringan global. Kerjasama dengan kampus-kampus lain yang memiliki visi serupa untuk pertukaran pengetahuan dan pengalaman.


Evaluasi dan Pemantauan Berkelanjutan: Sistem evaluasi dan pemantauan reguler diterapkan untuk menilai kemajuan terhadap visi kampus dan perkembangan desa. Feedback dari masyarakat, mahasiswa, dan pemangku kepentingan lainnya digunakan untuk perbaikan berkelanjutan.


Format upaya mengubah kampus Universitas Pramita Indonesia agar menjadi kampus yang di-reborn dengan tagline "Smart Village University, Kampus Kreatif Bangun Desa untuk Dunia," perlu diimplementasikan kiat dan strategi yang kuat. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil:


Dialog dan Mediasi: Membuka ruang dialog terbuka untuk mendengarkan perasaan dan keprihatinan semua pihak yang terlibat dalam konflik. Melibatkan mediator independen untuk membantu meredakan ketegangan dan mencapai kesepakatan bersama.


Pengembangan Visi Bersama: Melibatkan semua pemangku kepentingan dalam proses pengembangan visi baru untuk kampus. Menyusun visi yang mencerminkan transformasi positif menuju kampus yang kreatif, inklusif, dan berfokus pada pembangunan desa.


Program Pelatihan Resolusi Konflik: Mengadakan program pelatihan resolusi konflik untuk staf, mahasiswa, dan dosen guna membangun keterampilan komunikasi efektif dan penanganan konflik. Mendorong budaya dialog dan saling pengertian di seluruh kampus.


Inovasi dalam Pendidikan: Membuat perubahan dalam kurikulum untuk mencerminkan nilai-nilai kreativitas, inovasi, dan pembangunan desa. Menyusun program pembelajaran yang mendukung kolaborasi antar-disiplin dan aplikasi praktis konsep-konsep akademis.


Kemitraan dengan Desa: Mendirikan kemitraan strategis dengan desa-desa setempat untuk memahami kebutuhan mereka dan merancang program-program pembangunan berkelanjutan. Mengintegrasikan mahasiswa dalam proyek-proyek yang memberdayakan masyarakat lokal.


Fasilitas Kreatif dan Berkelanjutan: Meningkatkan fasilitas kampus dengan membangun ruang kreatif, pusat inovasi, dan fasilitas hijau yang mendukung keberlanjutan. Menyelaraskan pengelolaan sumber daya kampus dengan praktik berkelanjutan.


Promosi dan Komunikasi: Menyusun kampanye promosi yang menyoroti perubahan positif dan visi baru kampus. Melibatkan semua anggota kampus dalam menyebarkan pesan-pesan positif dan mendorong partisipasi aktif.


Monitoring dan Evaluasi Berkelanjutan: Membentuk tim pemantauan untuk secara berkala mengevaluasi kemajuan terhadap visi baru dan penyelesaian konflik. Menerapkan siklus umpan balik untuk terus meningkatkan strategi dan inisiatif.


Pramita Dalam Siklus Potensi Wisata dan Ekonomi Kreatif Ir. Sholah Athiyah (Faounder Alazhar Mesir) Hadi Soebagio (Fauder Pramita Indonesia)



FUNGSI DESA

Mengintegrasikan fungsi desa sebagai Teaching Factory atau Teaching Industry sejalan dengan tagline internasionalisai kampus PICU Indonesia Kreatif melalui terminologi PRAMITA (Plan, Research, Authentic, Massive, International, Taskbase, Archive) merupakan langkah strategis untuk mencapai visi kampus yang inovatif dan berorientasi pada aksi. 


Berikut adalah sejumlah cara di mana fungsi desa sebagai Teaching Factory atau Teaching Industry dapat diartikulasikan dalam konteks terminologi PRAMITA ;


Plan (Perencanaan) : Desa dapat menjadi laboratorium perencanaan yang nyata bagi mahasiswa untuk merencanakan proyek-proyek pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. Mahasiswa dapat merancang strategi pembangunan desa yang mencakup aspek-aspek seperti infrastruktur, pendidikan, dan ekonomi.


Research (Penelitian): Desa menjadi sumber penelitian yang kaya untuk mahasiswa dan dosen dalam mengembangkan solusi inovatif untuk tantangan desa. Proyek penelitian dapat berfokus pada mengidentifikasi kebutuhan desa, menganalisis potensi ekonomi lokal, atau mengevaluasi dampak program pembangunan.


Actuating (Pelaksanaan): Melibatkan mahasiswa dalam pelaksanaan proyek-proyek nyata di desa, memungkinkan mereka untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajari di kelas. Mahasiswa dapat terlibat dalam aksi pembangunan dan proyek pemberdayaan masyarakat yang sesuai dengan kebutuhan desa.


Massive (Massal): Melibatkan partisipasi massal mahasiswa dalam proyek-proyek pembangunan desa untuk menciptakan dampak yang signifikan. Memberdayakan mahasiswa untuk berkolaborasi dalam skala besar untuk mencapai tujuan pembangunan desa yang massal.


International (Internasional): Memfasilitasi pertukaran mahasiswa internasional yang terlibat dalam proyek pembangunan desa atau kerjasama dengan desa-desa di luar negeri. Membuka peluang bagi mahasiswa untuk memahami dinamika global dalam konteks pembangunan desa.


Taskbase (Berdasarkan Tugas): 

Mahasiswa dapat mengambil proyek-proyek pembangunan desa sebagai bagian dari kurikulum, di mana tugasnya terfokus pada penyelesaian tantangan nyata yang dihadapi desa. Tugas-tugas tersebut dapat mencakup pengembangan rencana bisnis, peningkatan infrastruktur, atau program pendidikan.


Actual (Aktual): Melibatkan mahasiswa dalam kegiatan aktual di desa untuk mendapatkan pengalaman praktis yang berharga. Mahasiswa dapat menghadapi tantangan sehari-hari dalam konteks desa dan merancang solusi yang sesuai.


Integrasi fungsi desa sebagai Teaching Factory atau Teaching Industry dengan terminologi PRAMITA dapat menciptakan pengalaman belajar yang holistik, memberikan kontribusi nyata pada pembangunan desa, dan mempersiapkan mahasiswa untuk tantangan kompleks di dunia nyata (Zlz,Banten News).


Editor : Edi Kusmaya, pimred Cakra Banten

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama