Kisah Inspiratif Seorang Pendidik

Nurhasanah, Guru SDN Perum Mustika Kecamatan Tigaraksa



cakrabanten.co.id,- NUR, begitu panggilan akrabnya. Simpel dan gampang diingat. Nuhasanah kecil, punya semangat tinggi untuk belajar dan meraih cita-cita. Setelah lulus SD, melanjujtkan sekolah di MTS Tigaraksa. Jaraknya sekitar 5 Km dari tempat tinggalnya. Tidak banyak teman-teman Nur yang melanjutkan sekolah, pada saat itu masih kurangnya kesadaran penduduk akan pentingnya pendidikan. Dengan lagkah kecil tapi pasti - berjalan kaki setiap hari berangkat ke sekolah, hampir tidak pernah bolos sekolah kecuali sakit. Kegigihannya tidak sia-sia, Ia mendapatkan ranking pertama ketika naik ke kelas dua, dan masuk lima besar pada tahun-tahun berikutnya. 



Ada sedikit hal berbeda diantara teman-teman sebayanya. Ketika masih duduk di bangku sekolah, bukan hanya belajar dan sekolah, juga ikut membantu perekonomian keluarga. Pagi hari disibukan dengan kegiatan membantu ibunya berjualan nasi. Setiap hari Minggu dan Rabu Nur bertugas belanja ke Pasar Gudang, dengan menaiki mobil pikap/mobil losbak Nur berbaur dengan ibu-ibu yang mau pergi ke pasar. 



Nur kecil beserta ibu-ibu duduk di pinggiran bak mobil, atau berhimpitan di tengah-tengah bak tanpa alas. Selain ojeg mobil pikup merupakan transportasi umum dan itu pun hanya beroperasi pada hari Minggu dan Rabu. Selain ke Pasar Gudang, Ia pun belanja ke Pasar Cikupa untuk melengkapi barang-barang dagangannya. 



Nur sekolah di Madrasah Aliyah Al-Ijtihad Tangerang, dan masuk sekolah siang hari. Lagi-lagi jarak sekolah cukup jauh, sehingga harus berangkat lebih awal agar tidak terlambat, untungnya sudah ada angkutan umum (Roda Niaga) dari Tigaraksa ke Terminal Cimone dilanjutkan naik 02 ke Pos Gerendeng Tangerang. Terkadang naik mobil bus via tol untuk menghindari terlambat masuk sekolah.



Pada saat duduk di kelas 3 Aliyah, diminta oleh kepala sekolah untuk membantu mengajar Pendidikan Agama Islam di SDN Nagrak. Kesempatan itu diambilnya, dan mulai belajar mengajar dua hari dalam seminggu. Jam mengajar disesuaikan dengan waktu kegiatan sekolah Nur di Aliyah.



Setelah lulus Aliyah, memberanikan diri pergi sendirian ke Serang untuk mendaftar di IAIN, dan hasilnya diterima. Tahun pertama kuliah tinggal di Pondok pesantren Athohiriyah Kaloran Serang. Hanya setahun di pondok, setelah itu memilih ngekos yang tempatnya dekat dengan kampus. Setahun ngekos, setelah itukuliah dengan pulang-pergi.



Panggilan jiwa mengajar dan sedikit meringankan biaya kuliah, kuliah sambil mengajar. Beliau mengajar di dua tempat di SDN Bugel dan di MTS Kutruk. 



Tahun 1998 bapaknya meninggal dunia, jiwanya terguncang. Nur merasa terpuruk dan tidak bersemangat untuk melanjutkan kuliah, dan akhirnya Nur facum dari kuliah. Hal inilah yang sangat disesalkan sampai sekarang dan terkadang menjadi mimpi buruk. Padahal Ia sedang menuntaskan jenjang pendidikannya. 



Namun seiring waktu, perlahan semangatnya tumbuh lagi perlahan. Tahun 1999 diangkat menjadi Honor Daerah (Honda) Kabupaten Tangerang. Setidaknya ini mengembalikan semangat untuk bergelut di bidang Pendidikan. 



Empat tahun kemudian diangkat menjadi Guru bantu sekolah (GBS). Berkat dukungan suami ahirnya kembali menempuh pendidikan, melanjutkan Pendidikan D II PGSD, dilanjutkan dengan S I PGSD. Perjalanannya menjadi honorer dan guru bantu berakhir di tahun 2008, dengan diangkatnya menjadi CPNS. 



Awal ajaran baru tahun 2013 – 2014 nasib baik menghampiri dirinya, diminta oleh pengawas SD untuk membantu menerima peserta didik baru, di Sekolah Dasar Negeri Perum Mustika yang baru beroperasi. Tanpa pikir panjang dan pertimbangan yang matang, langsung menerimanya. Pada waktu itu banyak masukan dari orang-orang terdekatnya untuk tidak menerimanya. Ia berpikir kalau tidak ada yang bersedia, kasihan masyarakat di daerah situ yang menginginkan sekolah terdekat di wilayahnya. Akhirnya dengan dengan dukungan dari suami tercintanya, Ia melaksanakan tugas dari pengawas dan Kepala UPT, walaupun tidak dibekali dengan ST atau SK. 



Memasuki ajaran baru SDN Perum Mustika belum mempunyai guru yang definitive, dilema pun dating, untuk membantu mengajar atau tetap di sekolah semula. Ahirnya Ia memutuskan untuk membantu mengajar di SDN perum Mustika. Hampir dua tahun mengajar di SDN Perum Mustika sementara Administrasi di SDN Nagrak. Cukup berat yang Ia rasakan, akan tetapi baginya kebahagiaan seorang guru adalah ketika ilmu dan pengetahuannya dibutuhkan untuk mencerdaskan anak bangsa.



Menurutnya, “Perjalanan dan pengalaman hidup mendewasakan seseorang untuk bersikap dan bertindak”.



Editor: Edi Kusmaya (Pimren Cakra Banten), nantikan cerita lainnya. Ayo menulis profil unik ditunggu karya-karyanya !

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama