Kebahagiaan dan Berkah dalam Pertanian di Puskargro Sepatan Tangerang

Empat sekawan, Supardi, Saripudin, Burhan Subur, dan M. Nasudin yang selalu kompak berjamaah dalam kerja dan beribadah selalu bersama.



Kab. Tangerang, CAKRA Banten,- Profesi petani bukan sekadar pekerjaan biasa, melainkan panggilan mulia yang memiliki hubungan erat dengan Allah. Dalam Al-Qur’an, pertanian dianggap sebagai salah satu profesi yang sangat penting, bahkan disebut sebagai pekerjaan kedua setelah berburu. Setiap yang ditanam dan dikonsumsi oleh makhluk Allah dicatat sebagai sedekah, menegaskan pentingnya tindakan tersebut dalam agama.



Banyak ayat Al-Qur'an juga menyoroti konsep-konsep vital yang relevan dengan kemajuan pertanian modern, seperti hubungan sungai dengan pertanian dan variasi model bercocok tanam. Nilai-nilai dasar dalam pertanian, seperti pertanian alami, organik, terpadu, lestari, dan ramah lingkungan, menjadi pusat kampanye para praktisi pertanian demi menjaga kelestarian alam dan menyongsong masa depan yang berkelanjutan.



Di tengah pandangan bahwa menjadi petani adalah profesi kurang dihargai dan kurang menguntungkan, ada sekelompok kecil petani yang menemukan kebahagiaan dalam pekerjaan mereka. Salah satunya adalah Supardi, Saripudin, Burhan Subur, dan M. Nasudin, anggota kelompok tani binaan Pusat Kawasan Agropolitan (Puskagro) yang berbasis di Kampung Pisangan Talang, Desa Sarakan, Kecamatan Sepatan.



Meski jumlah mereka mungkin minoritas, kebahagiaan yang mereka rasakan dalam menjalankan profesi petani adalah suatu cerminan bahwa dengan dedikasi dan semangat yang tepat, setiap pekerjaan, sebesar apapun tantangannya, dapat membawa kepuasan dan kebahagiaan yang mendalam.



Supardi, Saripudin, Burhan Subur, dan M. Nasudin menjalankan sholat dzuhur di mushola Puskagro Sepatan.


Ditemui usai menjalankan sholat dhuhur berjamaah, di Kantor Pusat Kawasan Agropolitan (Puskagro) pada Rabu, 15 Mei 2024, keempat petani tersebut mengungkapkan rasa syukur mereka. Mereka merasa terpilih karena doa-doa mereka dikabulkan Allah. Mereka bersyukur karena dapat bergabung dengan orang-orang sholeh dan mendapat kesempatan untuk menjalankan profesi sebagai petani binaan Puskagro.



Supardi menyatakan bahwa menjadi anggota kelompok tani Puskagro bukan hanya tentang bekerja sebagai petani, tetapi juga tentang menjaga kewajiban agama, seperti menjaga sholat berjamaah dan terus belajar mencari ilmu, terutama yang berhubungan dengan pertanian.



Saripudin, meskipun memulai petani di usia yang tidak lagi muda, merasa bangga karena dapat bergabung dengan kelompok tani yang dibina langsung oleh Puskagro dan bermitra dengan Smart Farm Academy, organisasi masyarakat yang fokus dalam pengembangan industri pertanian nasional.



Kegiatan pertanian di Puskagro Sepatan tidak hanya menyenangkan karena fokus pada pengolahan lahan pertanian, tetapi juga karena mencakup aspek spiritual, teknik pertanian, dan teknologi modern. Petani di sini belajar teknologi pertanian hingga penguasaan smartphone sebagai alat pemasaran pertanian berbasis digital.



Kisah kebahagiaan dan kesuksesan para petani di Puskagro Sepatan adalah bukti bahwa dengan semangat dan komitmen yang tepat, profesi petani dapat menjadi sumber kebanggaan dan berkah bagi keluarga serta meningkatkan potensi industri pertanian lokal Tangerang. Dengan dukungan yang tepat dari pemerintah dan organisasi terkait, semakin banyak petani dapat merasakan manfaat yang sama dan membawa kemajuan bagi pertanian Indonesia secara keseluruhan.



Muhamad Obo, Kordinator Pertanian Puskagro Sepatan selaku Ketua Kelompok Tani Kampung Malang, dengan bangga menyampaikan apresiasinya kepada para petani soleh seperti Supardi, Saripudin, Burhan Subur, dan M. Nasudin. Meski berada dalam kesibukan dan keletihan setelah berjuang seharian di bawah terik matahari dan hujan, mereka tetap istiqomah dalam menegakkan ibadah sholat lima waktu. Keistiqomahan mereka dalam melaksanakan ibadah ini memberikan berkah bagi pekerjaan sebagai petani, karena mereka tidak mengabaikan perintah sholat lima waktu yang harus dilaksanakan sesuai dengan waktunya masing-masing.



Komitmen para petani ini tidak hanya menginspirasi, tetapi juga memberikan contoh nyata tentang pentingnya menjaga keseimbangan antara kerja keras dan ibadah. Kehadiran mereka dalam menjalankan kewajiban agama tidak hanya memperkuat ikatan spiritual, tetapi juga membawa berkah dalam aktivitas pertanian mereka. Muhamad Obo menyatakan bahwa dengan adanya kesadaran akan ibadah, semangat dan hasil kerja petani semakin meningkat, menunjukkan bahwa keberhasilan dalam beragriculture tidak hanya diukur dari hasil panen, tetapi juga dari kualitas iman dan keteguhan hati dalam menjalankan perintah agama.(Awn)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama