Kab. Tangerang, CAKRA Banten,- Pendidikan adalah pilar utama dalam membangun masa depan yang cerah bagi generasi mendatang. Dalam konteks ini, SMPN 2 Solear telah menunjukkan dedikasinya dengan meraih penghargaan Adiwiyata Nasional pada tahun 2019, sebuah prestasi yang mengukuhkan posisi sekolah ini sebagai salah satu penyelenggara pendidikan berwawasan lingkungan yang diakui secara nasional. Namun, mempertahankan prestasi tersebut dan menanamkan semangat juara kepada seluruh warga sekolah, termasuk guru dan siswa, merupakan tantangan yang tidak kalah penting.
Penghargaan Adiwiyata Nasional yang diraih SMPN 2 Solear pada tahun 2019 adalah bukti nyata dari komitmen sekolah ini dalam melaksanakan pembelajaran yang menyenangkan dan ramah lingkungan. Menurut Sekda Kabupaten Tangerang, Rudi Maesyal Rasyid, mencapai predikat Sekolah Adiwiyata Tingkat Provinsi tidaklah mudah. Hal ini memerlukan komitmen tinggi dari kepala sekolah serta dukungan aktif dari seluruh warga sekolah dalam menjalankan aktivitas perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang baik.
Wakil Kepala Sekolah SMPN 2 Solear, Agus Setiawan Suda Apelaby, S.Pd, menegaskan bahwa penghargaan ini didasarkan pada penilaian sejumlah sektor seperti manajemen, kurikulum, lingkungan sekolah yang bersih, penghijauan, dan kreativitas dalam menata lingkungan sekolah. Prestasi ini seharusnya menjadi motivasi bagi seluruh komponen sekolah untuk terus berinovasi dan menjaga kualitas lingkungan sekolah.
Namun, mempertahankan karakter sebagai sekolah juara bukanlah perkara mudah. Agus mengungkapkan sejumlah kendala yang dihadapi, salah satunya adalah pergantian tenaga pendidik dan kependidikan yang kerap terjadi. Pada tahun 2022, SMPN 2 Solear kehilangan delapan personel terampil karena mereka dipindahkan ke tempat tugas yang baru. Hal ini memaksa sekolah untuk membentuk manajemen baru dan memastikan bahwa tenaga pengajar yang baru memiliki pemahaman yang sama tentang visi dan misi sekolah.
Selain itu, pengawasan terhadap ribuan siswa yang tinggal jauh dari sekolah juga menjadi tantangan tersendiri. Banyak siswa yang berasal dari luar wilayah desa sekitar sering kali ditemukan berada di tempat yang jauh dari sekolah saat jam pelajaran. Hal ini menunjukkan pentingnya peran serta masyarakat, khususnya orang tua, dalam mengawasi dan mendukung kegiatan belajar anak-anak mereka.
Mengatasi Kendala Mutu Pendidikan
Agus juga menyoroti rendahnya mutu pendidikan sebagai tantangan lain yang harus dihadapi. Banyak siswa yang mendaftar di SMPN 2 Solear belum memiliki kemampuan membaca, baik huruf Latin maupun Al-Qur’an. Meskipun tujuan sekolah adalah mencerdaskan kehidupan masyarakat, tantangan ini menimbulkan dilema tersendiri. Di satu sisi, sekolah ingin membantu siswa yang kurang mampu, tetapi di sisi lain, kemampuan dasar membaca seharusnya sudah diperoleh di tingkat sekolah dasar.
Untuk mengatasi masalah ini, sekolah perlu bekerja sama dengan orang tua dan komunitas sekitar guna memastikan bahwa setiap anak mendapat pendidikan dasar yang memadai sebelum memasuki jenjang SMP.
Menurut Agus, untuk mewujudkan kualitas pendidikan yang ideal, diperlukan kolaborasi dari semua pihak, termasuk media. Media dapat berperan penting dalam menyampaikan berbagai program yang berjalan, raihan prestasi, serta aturan-aturan yang berlaku di sekolah. Dengan demikian, semua sektor dan unsur masyarakat dapat saling menopang dalam menciptakan semangat juara.
Semangat juara ini harus ditanamkan tidak hanya kepada siswa, tetapi juga kepada guru dan keluarga. Dengan siswa yang berprestasi, guru yang berdedikasi, sekolah yang unggul, dan keluarga yang mendukung, SMPN 2 Solear dapat terus mempertahankan prestasinya dan menjadi teladan bagi sekolah-sekolah lainnya.
Melalui upaya bersama dan komitmen yang kuat, kita dapat memastikan bahwa prestasi yang telah diraih tidak hanya dipertahankan, tetapi juga ditingkatkan di masa depan. Semangat juara harus menjadi bagian dari budaya sekolah yang terus berkembang demi kebaikan generasi mendatang. (Awn/Kdr)
Posting Komentar