Menulis Artikel Bantu Kembangkan Daya Nalar Seseorang

 



Oleh : Eddy Kusmaya, M.Pd 

(Pemred, Cakra Banten)



Cakrabanten.co.id,- Menurut Thomas Alva Edison, genius itu 99 pCt diperoleh dengan latihan (belajar). Selebihnya 1 pCt faktor bakat. Kesimpulanya, tidak ada seorang manusia pun bisa pandai tanpa belajar.



Belajar dalam arti luas tidak terbatas pada dinding kelas, atau dibimbing oleh seorang guru atau instruktur. Belajar bisa dengan banyak cara, serta berlangsung sepanjang hayat. Apalagi di era digital seperti sekarang, hampir tidak bisa ada yang tidak bisa kita pelajarai sendiri. Begitu banyak sumber, tak terhitung informasi dari yang bersifat umum hingga hal-hal spesifik dan praktis. Tinggal kitanya mau belajar, bisa !



Salah satunya dengan belajar menulis artikel, essai, feature atau opini. Mengapa menulis artikel dapat membantu mengembangkan daya nalar. Mari kita bahas !



Penulis yang baik sudah tentu ia juga pembaca yang tekun. Sebab menulis erat kaitanya dengan membaca. Banyak berlatih menulis, sudah barang harus didorong untuk sering membaca. Baik pengetahuan umum, agama, budaya, kesehatan, teknologi dsb. Apalagi sekarang informasi sudah merupakan suatu kebutuhan bagi setiap orang. 



Barang siapa bisa memperoleh banyak informasi, cenderung akan bisa mengantisipasi keadaan. Ya, setidaknya hal itu sudah dibuktikan oleh bangsa Jepang. Kini mereka menjadi salah satu negara terpandang di dunia karena kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM-nya). Bagi mereka tiada hari tanpa membaca, di mobil, kereta api, stasiun, dan dimana dan kapan saja. Selagi ada kesempatan selalu dipakai untuk membaca.



Melalui aktivitas membaca, kita akan banyak memperoleh pengalaman berharga hanya dengan beberapa saat. Proses penemuan yang memerlukan ruang dan waktu, bisa direkam dengan mudah.



Kedua aktivitas tersebut, sadar atau tidak, wawasan berpikir kita pun lambat laun terus bertambah - merambah kealam yang sangat luas. Beralasan sekali, dalam ajaran Islam “membaca” menjadi nomor pertama dan utama. Karena dari sinilah segalanya dimulai.



Di sisi lain, menulis memerlukan inspirasi, ide, gagasan dan conten. Kita ungkap apa yang terlihat atau dirasakan sehari – hari. Bagaimana suatu masalah kesenjangan soaial bisa terjadi misalnya. Apakah kondisi tersebut mencuat karena faktor alam, atau manusia sendiri sebagai penciptanya. Semua itu memerlukan latihan berpikir. Maka kepekaan seseorang pun terhadap apa yang terjadi, dengan sendirinya akan terasah.



Otak yang dilindungi dalam batok kepala, menurut para ahli merupakan sumber kekuatan manusia. Namun apabila ia tidak dilatih, potensinya tidak akan pernah muncul. Melalui belajar menulis, karunia Tuhan itu akan semakin tajam seperti pedang Samurai.



Dengan menulis, juga dituntut berpikir secara logis (runtut), dengan mempergunakan hukum sebab – akibat (Kausalitas). Sehingga suatu gagasan yang masih bersifat abstrak dalam pikiran, bisa diwujudkan melalui sebuah kata-kata. Dengan demikian orang lain pun bisa mengetahui, memahami dan mempelajari apa dan bagaimana gagasan si penulis.



Kini menulis bukan saja monopoli yang berprofesi sebagai penulis seperti wartawan, tetapi sudah banyak ditekuni oleh bidang – bidang pekerjaan lain seperti dosen, dokter, guru, pengacara, apoteker, hakim, psykolog, ilmuan, dan ulama. Mereka mempunyai nilai lebih (plus). Selain secara terus menerus akan menambah pengembangan bidang pekerjaannya, juga bisa memberikan pengalaman menarik bagi masyarakat umum di luar profesinya.



Alat untuk menulis sudah jauh berkembang. Tempoe doeloe menulis di buku, agenda atau paling banter mesin tik. Kini menulis bisa dengan berbagai alat dari mulai kompoter, laptop, notbook, hp dan perangkat canggih lainnya. Bahan dengan teklogi Ai menulis semakin dipermudah, tinggal niat, motivasi dan aksi – maka jadilah tulisan. 



Begitu juga media sebagai tempat tampil karya-karya tulis sudah banyak sekali dan beragam. Hasil karya tulisan kita, tidak harus dibuat buku, tampil di media cetak seperti koran dan majalah, atau media on-line. Kita bisa tampilkan di sosial media pribadi, seperti facebook, blog, istagram dll. Pendeknya nikmat apa lagi yang kau dustakan ?



Namun jika dibandingkan dengan jumlahh penduduk, penulis lepas (free lance) di di negeri ini, jumlahnya masih relative sedikit. Apalagi andaikan dibandingkan dengan negara maju, masih jauh ketinggalan. Masalahnya memang cukup komplek, diantaranya karena minat baca penduduk negeri ini pun masih rendah.



Khusus bagi beberapa profesi sebenarnya sudah dikondisikan untuk aktif menulis artikel, misalnya dosen, guru, pustakawan, para penyuluh kependudukan, pertanian, dan juru penerang. Kemampuan menulis, bagi mereka bisa mempercepat pengembangan jenjang karirnya.



Jika menulis suatu saat sudah melembaga pada diri setiap orang, termasuk para penggiat literasi diantaranya para penggiat Taman Bacaan Masyarakat (TBM), komunitas Baca, Rumah Baca dll - barangkali peningkatan SDM akan bisa dipercepat seiring dengan peningkatan minat baca. Sudah barang tentu, media massa baik elektronik maupun cetak - selain tulisan para wartawannya akan kebanjiran tulisan (artikel) berbobot dari berbagai disiplin ilmu.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama