ASYIKNYA MERAKIT SENTER SEDERHANA

"Foto aktifitas pembelajaran siswa dalam praktek cara merakit baterai sederhana".



Oleh : Aldi Qoridatullah
(Guru SD Negeri Kayu Agung Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Provinsi Banten)



Pendidikan adalah proses memproduksi sistem nilai dan budaya kearah yang lebih baik, antara lain dalam pembentukan kepribadian, keterampilan dan perkembangan intelektual siswa. Dalam lembaga formal proses reproduksi nilai dan budaya ini dilakukan terutama dengan mediasi proses belajar mengajar sejumlah mata pelajaran di kelas. Salah satu mata pelajaran yang turut berperan penting dalam pendidikan wawasan, keterampilan dan sikap ilmiah sejak dini bagi anak adalah mata pelajaran IPA. Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dan segala isinya.


Belajar bukan hanya bergantung pada lingkungan atau kondisi belajar melainkan juga pengetahuan awal siswa. Pengetahuan ini tidak dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke siswa, namun secara aktif dibangun oleh siswa sendiri melalui pengalaman nyata. Hal ini sejalan dengan pendapat Piaget yang mengatakan bahwa belajar merupakan proses adaptasi terhadap lingkungan yang melibatkan asimilasi, yaitu proses bergabungnya stimulus ke dalam struktur kognitif. Bila stimulus baru tersebut masuk ke dalam struktur kognitif diasimilasikan, maka akan terjadi proses adaptasi yang disebut kesinambungan dan struktur kognitif menjadi bertambah.


Sehingga pembelajaran yang menyenangkan menjadi dambaan setiap guru dan peserta didik, karena pembelajaran yang menyenangkan akan membawa dampak yang besar bagi perkembangan otak dan emosional guru serta peserta didik. Untuk itu dalam kegiatan belajar mengajar seorang guru hendaknya dapat menyusun dan merangkai skenario pembalajaran yang menyenangkan, agar dapat merangsang keingintahuan dan keterampilan peserta didik. Sehingga  pembelajaran menyenangkan berbasis otak, saya terapkan dalam penyampaian materi Ilmu Pengetahuan Awal (IPA) tentang membuat suatu karya/model yang menggunakan energi listrik yaitu merakit senter sederhana pada siswa kelas VI SD Negeri Kayu Agung.


Adapun langkah-langkah yang saya terapkan dalam proses pembelajaran berbasis otak tentang materi merakit senter sederhana, yaitu :


Kegiatan Awal.
Dalam proses pembelajaran seringkali informasi yang diterima otak tidak dapat diekspresikan kembali secara utuh. Ketidakmampuan untuk mengungkapkan apa yang telah dipelajari disebabkan karena tidak optimalnya fungsi otak kiri dan otak kanan dalam proses pembelajaran. 


Untuk itu pada kegiatan awal pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan otak kiri dan otak kanan peserta didik, saya memberikan stimulus yang dapat memunculkan semangat dan gairah dalam pembelajaran dengan menyapa para peserta didik berkata “Apa kabarnya hari ini?”, serentak para peserta didik menjawab “Alhamdulillah....,  Luar Biasa....,  Allahu Akbar....”. Setelah menyapa peserta didik saya memberikan ice breaking berupa gerakan Froggy Dance melalui layar proyektor, kemudian peserta didik diminta untuk mengikuti gerakan Froggy Dance tersebut selama kurang lebih 10 menit. Kenapa 10 Menit??? Karena rentang fokus optimal manusia adalah usia dijadikan menit, dengan rentang fokus maksimal selama 30 menit. Jadi, para peserta didik dengan rentang usia 10 – 12 tahun memiliki rentang fokus optimal selama kurang lebih 10 menit. Oleh sebab itu, penggunaan rentang fokus optimal, saya gunakan untuk menyampaikan konsep pembelajaran melalui permainan Ice Breaking. 


Kegiatan Inti
Setelah kegiatan awal berlangsung sangat menyenangkan, hal ini terlihat dari antusiasnya para peserta didik dalam mengikuti gerakan Froggy Dance, dan mengetahui tujuan pembelajaran yaitu merakit senter sederhana. Saya membagi siswa dalam 9 kelompok, dimana setiap kelompok terdiri dari 4 -5 peserta didik.
 

Setelah membagi siswa dalam beberapa kelompok dan mengkondisikan kelas. Saya menjelaskan tahapan-tahapan yang harus dilakukan para peserta didik dalam merakit senter sederhana dengan alat dan bahan sederhana berupa 2 buah batu baterai, kabel, lampu kecil, kertas karton, karet gelang, isolasi dan gunting. Serta memberikan waktu kurang lebih 45 menit kepada para peserta didik dalam merakit senter sederhana. 


Kemudian setelah mengetahui tahapan dan aturan yang disepakati, peserta didik secara berkelompok mulai merakit senter sederhana tersebut. Selama proses perakitan senter banyak hal-hal menarik yang saya temukan sebagai seorang guru, diantaranya adalah antusias dan bersemangatnya peserta didik perempuan dalam mengelupas kulit karet yang menyelimuti kabel menggunakan gunting. Adanya peserta didik yang tersengat aliran listrik dari batu beterai. Serta canda dan tawa ceria ketika lampu kecil menyala akibat aliran listrik yang dihasilkan batu baterai.


Dalam proses pembelajaran tersebut, saya yakin dapat berperan terhadap proses pengkayaan (enrichment) otak pada para peserta didik. Adanya pengalaman-pengalaman baru mampu merangsang pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak peserta didik.


Kegiatan Akhir
Dalam kegiatan akhir, saya meminta para peserta didik secara berkelompok untuk membuat kesimpulan dari materi yang telah dipraktekan dalam sebuah lembar kerja siswa yang telah disiapkan. Kemudian masing-masing kelompok mengutus perwakilannya untuk membacakan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas secara bergantian.


Setelah semua perwakilan kelompok membacakan hasil diskusinya, saya memberikan flashback berupa hal-hal apa saja yang didapat selama proses pembelajaran baik dari aspek pengetahuan maupun keterampilan. Hal tersebut dirasa penting untuk merefresh kembali pengalaman belajar yang didapat peserta didik agar merangsang daya ingat peserta didik sebagai sebuah pengalaman belajar yang bermakna dan menyenangkan. 


Pembelajaran sains merupakan cara mencari tahu tentang alam sekitar secara sistematis untuk mengusai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah. Pendidikan sains bermanfaat bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Pendidikan sains diarahakan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Idealnya, pembelajaran sains digunakan sebagai wahana bagi siswa untuk menjadi ilmuwan, tidak terkecuali siswa sekolah dasar. Melalui pembelajaran sains di sekolah siswa dilatih berpikir, membuat konsep ataupun dalil melalui pengamatan, dan percobaan.


Dengan demikian jelas bahwa tahap berpikir anak usia SD harus dikaitkan dengan hal-hal nyata dan pengetahuan awal siswa yang telah dibangun mereka dengan sendirinya. Sehubungan dengan hal tersebut metode mengajar yang digunakan oleh guru hendaknya bervariasi sesuai dengan tujuan dan materi yang diajarkan. Dengan metode yang bervariasi inilah siswa akan begairah dalam belajar secara inovatif dan kreatif. Metode yang digunakan dalam interaksi belajar mengajar merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dan kelancaran proses pembelajaran.




Editor : Redaksi Cakra Banten 

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama