Smart Farm Academy Bertani Profesi Penting & Mulia

Dok.Cakra Banten 


Kabupaten Tangerang,- Lazimnya petani menjadikan saung atau gubug di tengah sawah atau ladang untuk dijadikan sebagai tempat istirahat dan beteduh dari terik matahari dan hujan, atau merupakan tempat untuk makan dan minum dengan kelurga bersama petani lainnya. Dalam keadaan lelah pun, saung bisa berfungsi sebagai tempat mengeksekusi rasa kantuk alias tidur atau sekadar berbaring melepas lelah.


Tidak demikian dengan saung yang ada pada Kelompok Tani Desa Munjul, saung atau gubuk yang telah diberi nama Saung Iqra ini multi fungsi untuk berbagai kegiatan, dari tempat diskusi, tempat beristirahat juga tempat menimba ilmu dan pengajian rutin pekanan bagi Kelompok Tani Masyarakat Cinta Bumi (MCB).


Ditemui di Saung Iqra sekitar pukul 06:30, Minggu, 19 November 2023 lalu, Rian, selaku Ketua Kelompok Tani Masyarakat Cinta Bumi, yang berlokasi di Kampung Rancagede, Desa Munjul, Kecamatan Solear, petani muda 37 tahun ter sebut kepada juru warta Tabloid CAKRA Banten menjelaskan, Saung Iqra yang didirikan di lokasi lahan pertanian tersebut sebagai pusat pendidikan, pelatihan dan perkumpulan dengan berbagai komunitas, tidak hanya komunitas petani tetapi juga masyarakat dan pemerintah.


“Alhamdulillah Saung Iqra yang kami buat ini sangat manfaat kegunaannya, tidak hanya tempat istirahat dan berteduh, di gubuk sederhana ini kami juga menyusun rencana-rencana besar dan mulia, selain bertani sebagai tujuan untuk meningkatkan ekonomi keluarga, anggota Kelompok Tani Masyarakat Cinta Bumi (MCB) bertekad berkolaborasi, bersinergi dan berkontribusi dalam membangun masyarakat,” ungkap Rian.


Sembari mempersilahkan Tim Redaksi CAKRA menapaki ruang Saung Iqra yang ada di bagian lantai dua, dengan berpijak pada anak tangga yang terbuat dari totongan-potongan kayu dan lantai dasarnya yang nampak dibuat dari bambu, tampak tergelar tikar dan karpet dengan suguhan makanan dan minuman yang serba hangat, sebelum Crew CAKRA bertanya, Rian terlebih dahulu menjelaskan bahwa pada pukul 07 tepat pagi itu, Ahad pagi merupakan jadwal pengajian rutin pada kelompok tani yang Ia pimpin di desanya.


“Kebetulan Akang dari Tabloid CAKRA mampir kesini pagi ini, sebentar lagi kami akan ada pengajian pekanan, sekalian saja akang ikut mengaji bareng-bareng, itu jama’ahnya baru tiba tiga orang, pak Heri, pak Darso dan bapak Bajuri dari Desa Pasanggrahan, sebentar lagi yang lain segera sampai, insya Allah, berdasarkan yang sudah komfirmasi tadi yang akan hadir sekitar 17 orang,” tegas Rian lagi.


foto pengajian para petani 


Tidak lama menunggu, benar saja, satu-persatu jama’ah pengajian yang mayoritas dari anggota kelompok tani dari sejumlah desa memadati ruang lantai dua Saung Iqro yang hanya menampung jamaah sejumlah 15 orang untuk ukuran orang dewasa, sehingga sebahagian ada yang menyimak pengajian dari lantai dasar Saung Iqra tersebut.


Hadir sebagai pemberi materi dalam pengajian Ahad Pagi, pada Kelompok Tani Masyarakat Cinta Bumi tersebut, Presiden Smart Farm Academy, H. Riyadno, SE, dalam muqadimah awal sebelum materi inti kepada jama’ah yang hadir Ia menyampaikan, bersilaturahmi sangat berat untuk tetap diopelihara dan dijalankan, karena hikmahnya sangat mulia dan besar sekali manfaatnya, diperlukan ilmu dan keikhlasan dalam megamalkannya.


Silaturahmi memiliki nilai pahala yang besar. Dengan silaturahmi akan dilapangkan rezekinya, serta dipanjangkan umurnya. Seperti dalam hadits yang diriwayatkan oleh HR. Bukhari dan Muslim, “Barangsiapa yang ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka sambunglah tali silaturahmi.” Terang H. Riyadno.


Sebagaimana beratnya bersilaturahmi, begitu juga pekerjaan sebagai petani, karena hasil pertanian sangat dibutuhkan oleh seluruh makhluk hidup maka terasa berat dalam menjalankannya, bahkan sangat sedikit orang yang memilih profesi sebagai petani, karena itu kita hadir di tempat ini untuk “mengasah gergaji” alias memotivasi para petani kita, agar hasil kerja keras petani tidak menjadi sia-sia atau gudah dan masih berpikiran pwekerjaan petani sebagaai pekerjaan sementara sebelum mendapat pekerjaan yang lebih mulia, padahal jika ilmu pertanian sudaj didapat secara utuh, pekerjaan yang maha mulia adalah pertanaian, tegas Riyadno.


Sambil menunggu sejumlah jamaah yang di perjalanan menuju Saung Iqra, H. Riyadno yang telah memiliki sejumlah kelompok tani binaan di tujuh provinsi di Pulau Jawa da Sumatera dalam program Smart Farm Academy tersebut menerangkan, bahwa pada era perjuangan kemerdekaan, masyarakat yang berprofesi sebagai petani kala itu sangat mendominasi. 


Menurut Dia, Presiden pertama RI bahkan menganggap petani sebagai tulang punggung bagi identitas Indonesia. “Bung Karno pun yang mempopulerkan istilah kata 'Petani' yaitu sebagai Penjaga Tatanan Negara Indonesia, yang disampaikan pertama kali pada tahun 1952. Oleh karena itu, petani selalu dipandang spesial sebagai penjaga ketahanan pangan” tegas H. Riyadno.


Profesi Petani belakangan sering menjadi bulan-bulanan berbagai macam bentuk ancaman. Industrialisasi, misalnya. Perkembangan industri yang cukup pesat turut menggeser profesi petani. Bertani yang dulu didambakan saat ini tidak lagi diminati, bahkan cenderung dihindari dan ditinggalkan. Belum lagi, diperburuk dengan kebijakan-kebijakan pemerintah yang kurang berpihak kepada para petani baik persoalan kebijakan penetapan harga dan problema kelangkaan pupuk, dan tidak terserapnya hasil pertanian oleh pemerintah dan lain sebagainya.


Namun karena seluruh makhluk hidup memerlukan hasil pertanian, semetara manusia telah melakukan kerusakan di berbagai wilayah di muka bumi, maka tugas sebagai petani harus kita jalankan. Ia menambahkan lagi, Islam memuliakan profesi petani, selain mendapat manfaat ekonomi untuk mencukupi keluarga, bertani juga ibadah.  


Allah swt di dalam al-Qur’an menyebutkan anugerah-anugerah yang Ia karuniakan agar seseorang mau untuk bercocok tanam, Allah telah menyiapkan bumi untuk tumbuh-tumbuhan dan penghasilan. Oleh karena itu Allah menjadikan bumi itu dzalul (mudah dijelajajahi) dan bisath (hamparan) di mana hal tersebut merupakan nikmat yang harus diingat dan disyukuri. (Kdr)




Editor : Redaksi Cakra Banten 

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama