Catatan kecil bedah buku; Antologi, “Anaku Kaulah Inspirasiku”

Buku Karangan Mugiarni


Oleh : Edi Kusmaya 
(Pimred Cakra Banten) 


Tulislah apa yang kita ketahui dan rasakan. Menuliskan apa yang kita ketahui dan kita sudah jalani, jauh lebih mudah daripada menulis sesuatu yang belum kita rasakan. Artinya menulis pengalaman, jauh lebih mudah daripada menulis sesuatu dalam bayangan “Fiksi”. Saya katakana itu aktivitas “mengarang”.


Beti

Ya, menulis dan mengarang BETI (Beda2 Tipis). Keduanya sama2 aktivitas menulis, namun menulis lebih pada mendokumentasikan sesuatu yang telah terjadi. Walaupun dalam banyak karya, bisa beririsan antara keduanya. Banyak karya fiksi seperti film, novel dll yang terinspirasi dari pengalaman. Kemudian dikembangkan atau dibumbui dengan fiksi (hayalan), hasilnya jalan cerita bisa lebih seru, lebih mendalam, lebih menggigit atau lebih menegangkan. Semuanya bagaimana tujuan utama tulisan tersebut. Kadang dalam prakteknya bisa dikombinasikan.


Antololgi sebuah solusi

Hasrat menulis di kalangan para penggiat literasi, tentu merupakan hal yang biasa. Akan menjadi luar biasa, jika salah satunya diwujudkan dalam bentuk karya literasi dalam bentuk buku. Seperti Buku Antologi, Anakku – Kaulah Inspirasiku.
Mimpi ingin punya buku, bisa dijembatani dengan nulis keroyokan. Walau tetap perlu proses panjang, dan tidak semudah mengucapkannya. Tapi, Antologi bisa dikatakan satu-satunya solusi untuk mewujudkan tulisan menjadi sebuah buku.



Inspirasi
Setelah niat yang kuat, akan menggerakan rasa dan seluruh komponen jiwa raga untuk mewujudkannya. Dimulai dengan inspirasi, inspirasi paling jitu tidak ada lagi “pengalaman” (guru yang paling baik). Ia sudah terekam dalam memori, jiwanya masih bersemayam dalam dada dan kadang sering terbayang dalam ingatan. Karena ia mengendap dalam alam bawah sadar kita.


Satu diantara inspirasi abadi dan selalu actual untuk digali kemudian disajikan dalam karya literasi adalah. “Anak”. Masa anak2 juga merupakan masa yang paling indah. Kepolosan dan kejujuran adalah ilustrasi sejati bagi mereka. Karenaya lebel melekat pada anak, seperti :

• Anak adalah peniru terbaik, jadi berikanlah mereka sesuatu yang hebat untuk ditiru

• Anak-anak lebih membutuhkan contoh dibandingkan kritik.

• Anak-anak perlu diberi kesempatan untuk mencoba agar mereka tahu bahwa mereka bisa. Bila orang tua selalu menggerakkannya, ia hanya akan jadi boneka.

• Anak-anak belajar caranya tersenyum dari orang tua mereka. Bagaimanapun keadaannya, mereka adalah mutiara hati yang diberikan langsung oleh Tuhan.

• Bukan tentang apa yang kamu tinggalkan untuk anak-anakmu, melainkan apa yang kamu tinggalkan dalam diri anak-anakmu.

• Anak-anak menginginkan waktumu lebih dari segalanya. Bermainlah bersama mereka, ajari mereka, dan sayangi mereka karena mereka adalah amanah dari Tuhanmu.

• Tidak ada pemberian yang lebih utama dari orang tua kepada anaknya, selain daripada akhlak yang mulia.

• Hadiah terbaik dari orang kepada anaknya adalah pendidikan dan pengasuhan


Alur tulisan

Sesuai dengan karakteristik Buku Antologi, maka gaya penulisan satu dengan yang lain berbeda. Meski ada beberapa aspek persamaan. Antara lain, gaya menuturan yang dikombinasikan dengan dialog langsung.

Nah dalam alur ini, penulis perlu hati-hati. Kadang ada loncatan cerita, yang kurang pass. Kejutan memang perlu, namun juga “benang merahnya” harus tetap kelihatan. Jadi bagaimana pun cerita dijungkir balikan, pembaca tetap memahami serunya cerita.

Benang merah itu, tidak berarti mengekang penulis untuk berinovasi atau membuat hentakan pikiran dan imajinasi pembaca. TIDAK. Benang merah, semacam penyambung narasi – walaupun oleh penulis sengaja pembaca dibuat supaya seru. Tapi jangan dibuat bingung, karena alur cerita tidak nyambung.


Ini baru antologi

Menulis tentang anak, penulisnya orang dewasa, sudah biasa. Di buku ini menjadi luar biasa, karena Objek tulisan tentang anak. Walaupun porsinya masih sedikit. Akan lebih seru, mereka lebih disuport lagi. Tentu segmen pembacaya juga diharapkan dari kalangan anak. Dengan penampilan buku yang disesuaikan dengan dunia mereka. Ukuran hurupnya lebih dibesarkan, dan diselingi ilustrasi agar buku menjadi lebih berwarna.
Harapan akan lebih menarik minat mereka untuk membaca, dan tentu saja untuk menulis lebih produktif lagi. Di wabah mentoring, para guru dan penulis dewasanya.


#Bedah buku diselenggarakan di Perpusda Kabupaten Tangerang Banten.

1 Komentar

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama