EDI CAHYADINATA, S.Pd, MM Merintis Karir Mulai Dari Buruh Harian Lepas

EDI CAHYADINATA, S.Pd, MM (Wakil Sek. PGRI Kab. Tangerang).


CAKRA Banten,- Kadang sebagian dari kita mengetahui perjalanan karir seseorang, di akhir. Umumnya hanya mengetahui pada saat sudah berhasil. Banyak tokoh dari berbagai kalangan profesi, bisa meraih hasil dengan jerih payah. Perjuangan panjang, dengan tantangan demi tantangan berat. 


Salah satu tokoh pendidik di Kabupaten Tangerang, yang di awal pernah menjadi buruh harian lepas. Ya, Edi Cahyadinata, S.Pd, MM yang kini dipercaya menjadi Wakil Sek, PGRI Kab. Tangerang. 


Pekerjaan.
Setiap orang memiliki cita-cita,  seperti halnya lulusan sekolah pendidikan guru identiknya jadi pendidik. Faktanya tidak serta merta lulus sekolah pendidikan guru langsung jadi pendidik.  


Seperti hal nya yang dialami oleh Edi, sebelum menjadi  pendidik harus melalui jalan berliku. Diawali  jadi  pegawai swasta dan juga buruh harian lepas. Tenaga harian lepas sejak tahun 1989 sd tahun 1995. Ia jalani dari tahun 1995 sd 2003. 


Pedihnya,  tahun 2003 terkena program PHK. Apa yang Ia lakukan pada masa-masa sulit tersebut, meratapi nasib ? Tidak. Justru malah melanjutkan pendidikannya ke jenjang dimploma di Universitas Terbuka. Tentu saja perjuangan tambah berat.  Hari hari dilalui, untuk memenuhi kebutuhan keluarga, biaya anak sekolah juga biaya kuliah diri sendiri.


Terus berjuang, pekerjaan buruh lepas harian, menitipkan permen di warung warung, ngojeg dan segala pekerjaan dilaksanakan,  yang penting menghasilkan uang dan halal hukumnya.


Secara nalar manusia, PHK dari perusahaan pada usia 33 tahun 9 bulan  merupakan musibah. Karena di usia itu susah untuk masuk ke perusahaan manapun,  tapi lain dengan takdir Allah akan diberikan pada hambanya yang tak pernah putus asa berdoa dan ihtiar. Bulan Juli 2004,  Pemerintah Kabupaten Tangerang membuka pendaftaran CPNS, dari dari sinilah Edi Cahyadinata mulai berkarier dibidang pendidikan.


Bersabar dijalani bulan Januari 2005, mulai terima SK CPNS dengan masa kerja 0 bulan dan 0 tahun dengan pangkat yang diraih Pengatur Muda/IIa. Hari-hari dilalui baik tugas sebagai guru juga kuliah dengan penuh disiplin dan tanggung jawab. Keadaan ekonominya  sudah mulai berubah karena ada sudah mulai ada penghasilan tetap.


Tahun 2019 pemerintah daerah Kabupaten Tangerang melalui Dinas Pendidikan membuka lowongan kepala sekolah, ia pun mencoba ikut dalam seleksi perekrutan Calon Kepala Sekolah. Kembali tantangan datang, selama proses perekrutan terhambat dengan wabah yakni  covid-19.  Kembali perjuangan diuji. Dengan penuh kesabaran dan kerja keras,  tahapan tahapan bisa dilalui dengan baik.  Tiba saatnya tahun 2021 akhirnya dikukuhkan menjadi kepala sekolah. 



Organisasi.
Berbekal  pengalaman selama jadi pelajar di sekolah pendidikan guru,  bisa menyesuaikan diri dengan berbagai organisasi.  Baik organisasi sosial, kepemudaan, kemasyarakan ataupun profesi. 


Tercatat sejak tugas menjadi ASN tahun 2005, banyak kegiatan yang diikuti, diantaranya adalah :

1. KKG gugus (2005 – 2014 )

2. Sekretaris Kwaran (2009-2012)

3. Ketua PGRI Cabang Gunung Kaler (2014-2019)

4. Wakil Sekretaris PGRI Kabupaten Tangerang (2020 – 2025) 

5. Ketua Kwarran Gunung Kaler (2021-2023)

6. Pengurus KKKS Kabupaten Tangerang (2022-2025)


Edi Kecil.
Berasal di Kampung Babakan Desa Cipaku Kecamatan Darmaraja Kabupaten Sumedang,  pada 3 Mei 1970.  Lahir dari pasangan Ayahhanda Tarsan bin Marja, seorang petani tinggal di sebuah perkampungan yang sangat jauh dari hiruk pikuk kota. Ibunda bernama Umsih


Ayahnya seorang petani penggarap sawah,  sehingga ketika musim kemarau tiba, terkadang   memanfaatkan waktu dengan  berjualan air di wilayah Sunter Jakarta Barat, atau berjualan kacang goreng, kedawung dan kripik singkong di wilayah Pasar Johar Karawang.  Tatkala  musim buah buahan di kampung tiba, ia menjadi tengkulak dan menjual dagangannya ke pasar Darmaraja yang jaraknya  7 km dari dimana ia tinggal


Ia adalah anak pertama  dari 2 bersaudara kandung dan 1 kakak  tiri. Dari kesemua saudara sekandung, Ia anak laki-laki yang pemalu dan kurang percaya diri.  Karena kehidupan yang serba kekurangan. Sepulang sekolah dasar anak-anak yang lain lebih mengutamakan bermain bersama teman sebayanya, lain dengannya - sepulang sekolah harus mengiring domba dombanya ke sawah atau ke padang rumput dengan berbekal karung dan sabit agar pulang dari mengembala bisa membawa rumput.


Masa kecil lebih banyak di sawah atau di ladang daripada nongrong di warung di kampungnya. Pada usia sekolah dasar, sudah belajar menanam timun, dan saat panen menitipkannya di warung warung untuk dijual. Saat ditinggal orang tuanya menggarap sawah di luar kota, harus merawat adenya yang masih  duduk di kelas 4 sekolah dasar. Maka tugasnya jadi bertambah, harus meyiapkan makan, mencuci baju dan segala kebutuhan sehari hari. 


Pendidikan.
Mulai masuk sekolah dasar pada Tahun 1977 di Sekolah Dasar Cipaku Desa Cipaku Kecamatan Darmaraja Kabupaten Sumedang Provinsi Jawa Barat. Selama sekolah dasar ia bukan anak cerdas dan pintar tapi  disiplin, jujur dan taat pada guru serta  bertanggung jawab.   Terbukti  Selama 6 tahun sekolah dasar belum pernah masuk pada peringkat 10 besar di kelasnya. Pada tahun 1983 akhirnya ia lulus sekolah pada tingkatan sekolah dasar.


Walaupun kondisi ekonomi keluarga yang sangat kekurangan, semangat belajarnya tak pernah kendur. Melanjutkan pendidikan pada Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMP) Darmaraja yang letaknya berjarak 7 km. Perjuangannya akhirnya berhasil. Tahun 1986  lulus dari sekolah tersebut dengan Nilai Evaluasi Murni ( NEM) 36,71.


Bermodalkan NEM 36,71 melanjutkan pada Sekolah Pendidikan Guru (SPG) yang letaknya ada di pusat kota Sumedang -  dengan jarak kurang lebih 25 Km. Persyaratanpun  dilengkapi satu demi satu, pendaftaran, test tertulis, test pisik, test wawancara dikuti sesuai jadwal yang ditentukan.  Namun nasib belum berpihak kepadanya,  ia gagal masuk SPG Negeri karena NEM terendah adalah 37.00. 


Tidak putus asa dengan kegagalan. Ia berkeyakinan  kegagalan awal dari kesuksesan.  Tetap semangat. Akhirnya diterima di SPG Ma’arif Sumedang. Semangat yang tinggi, peringkat 3 besar pun diraih di kelasnya. Bahkan, tercatat sebagai salah satu siswa yang mewakili lembaga tersebut menjadi peserta micro teacing yang diselenggarankan oleh lembaga pendidikan guru tersebut.


Apakah pendidikan D2, S1 dan S2 diraih saat remaja ?, ternyata bukan. Pendidikan D2, ditempuh setelah  ia terkena PHK dari sebuah perusahan ternama di Indonesia. Biaya kuliah didapatkan dari kerja serabutan, kadang jadi tukang ojeg, penjual permen bahkan pekerja harian lepas. Ia harus mampu mempu mengatur anggaran untuk biaya hidup rumah tangga, serta biaya anak sekolah. 


Edi  mulai kuliah D2 di Universitas Terbuka pada akhir tahun 2003 dan lulus pada bulan Maret 2006, S1 UT- PGSD 2006 s/d 2009 serta Pendidikan Pasca Sarjana di IMMI Jakarta pada tahun 2011 s/d 2013


Kehidupan keluarga
Edi menikahi gadis desa bernama Karyati yang merupakan putri ke-2 pasangan Bapak Ahri bin Emad dan Ibu Runi Binti Watma.  Gadis yang selalu mengalah demi kebahagiaan orang lain. Ia satu satunya putri Bapak Ahri yang tidak menjadi ASN tapi mengabdikan dirinya untuk anak anak negeri melalui pembelajaran PAUD juga Diniyah Takmiliyah Awaliyah.  Demi tuntutan profesi,  berkuliah di usia 48 tahun dan usia 52 tahun menyandang  Sarjana S1.  


Pendidikan Guru Usia Dini (PG PAUD), S1  bukan tuntutan untuk jadi pegawai karena usia yg tidak memungkinkan, tapi suatu tanggung jawab moral untuk bisa berdiri di depan anak didiknya. 


Dari pernikahannya dengan Karyati dikaruniai 2 orang anak.  Anak pertama  bernama Juanda dilahirkan di Majalengka, 14 Juli 1995 laki laki . Kedua bernama Raudina Rihhadatul ‘Aisy dilahirkan di Tangerang, 17 Pebruai 2003 perempuan. Keduanya anak yang sehat dan nurut kepada kedua orang tuannya. 



Editor : Edi Kusmaya

2 Komentar

  1. Masha Alloh bapak, perjuangannya luar biasa, proses panjang yg akhirnya berbuah manis......semangat terus pak....semoga sehat selalu Aamikn.

    BalasHapus

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama