PETUALANGAN DANI DAN DONI


Oleh : Mugiarni 


Salah satu propinsi, tepatnya di Jawa Tengah ada kecil, ada dua orang anak laki-laki bernama Dani dan Dono. Mereka sahabat karib yang selalu bersama-sama dalam suka maupun duka.


Pada saat Dani dan Dono sedang bermain di dekat sungai. Tiba-tiba, mereka mendengar suara orang-orang yang sedang asyik berjudi.


"Sial! Kenapa aku selalu kalah?" teriak seorang pria.

"Jangan menyerah, Pak. Masih ada kesempatan," kata seorang pria lain.

Dani dan Dono saling pandang. Mereka penasaran dengan apa yang sedang terjadi.

"Dono, maukah kita cari tahu?" tanya Dani.

"Mau," jawab Dono. 

Dani dan Dono pun mengikuti suara orang-orang itu. Mereka mengikutinya hingga ke sebuah rumah tua di ujung desa.

Rumah itu tampak sepi dan tidak berpenghuni. Namun, Dani dan Dono bisa mendengar suara orang-orang yang masih asyik berjudi di dalam rumah itu.

"Kita harus masuk," kata Dani.

"Tapi, bagaimana caranya?" tanya Dono.

Dani dan Dono berpikir keras. Akhirnya, mereka menemukan sebuah lubang kecil di dinding rumah itu.

"Kita bisa masuk lewat sini," kata Dani.

Dani dan Dono pun masuk ke dalam rumah itu melalui lubang kecil itu. Mereka mengendap-endap agar tidak ketahuan oleh orang-orang yang sedang berjudi.

Dani dan Dono melihat bahwa rumah itu penuh dengan orang-orang yang sedang berjudi. Mereka bermain judi kartu dan judi dadu.

"Ini benar-benar judi!" gumam Dani.

Dani dan Dono merasa miris melihat orang-orang yang sedang berjudi itu. Mereka tahu bahwa judi adalah perbuatan yang dilarang oleh agama.

"Kita harus menghentikan mereka," kata Dani.

"Tapi, bagaimana caranya?" tanya Dono.

Dani dan Dono berpikir keras lagi. Akhirnya, mereka menemukan ide.

"Kita akan membuat mereka ketakutan," kata Dani.

Dani dan Dono pun mulai berteriak-teriak di dalam rumah itu. Mereka berteriak seolah-olah ada hantu di dalam rumah itu.

Orang-orang yang sedang berjudi itu terkejut mendengar teriakan Dani dan Dono. Mereka berlarian keluar dari rumah itu dengan ketakutan.

"Apa yang terjadi?" tanya seorang pria.

"Ada hantu! Ada hantu!" teriak seorang wanita.

Orang-orang yang sedang berjudi itu pun meninggalkan rumah itu dengan ketakutan.

Dani dan Dono pun keluar dari rumah itu. Mereka tersenyum puas karena berhasil menghentikan orang-orang yang sedang berjudi itu.

"Kita berhasil," kata Dani.

"Ya, kita berhasil," jawab Dono.

Dani dan Dono pun pulang ke rumah dengan perasaan senang. Mereka merasa bangga karena telah melakukan hal yang benar.

**

Peristiwa itu membuat Dani dan Dono menjadi terkenal di desa itu. Mereka dianggap sebagai pahlawan karena telah menghentikan perjudian di desa itu.

Orang-orang di desa itu pun berterima kasih kepada Dani dan Dono. Mereka berharap agar Dani dan Dono selalu menjaga desa itu dari perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama.

Mereka berdua  pun berjanji akan selalu menjaga desa itu dan bertekad untuk selalu menjadi anak yang baik dan berbakti kepada orang tua.


Enam bulan kemudian

Dani dan Dono sedang bermain di lapangan desa. Tiba-tiba, mereka melihat seorang pria yang sedang asyik berjudi di bawah pohon.

"Lihat, ada orang yang lagi berjudi," kata Dani.

"Ya, kita harus menghentikannya," kata Dono.

Dani dan Dono pun menghampiri pria itu. Mereka memperingatkan pria itu bahwa judi adalah perbuatan yang dilarang oleh agama.

Pria itu awalnya tidak mau mendengarkan Dani dan Dono. Namun, Dani dan Dono terus membujuknya.

Akhirnya, pria itu pun sadar akan kesalahannya. Dia berjanji akan berhenti berjudi.

Dani dan Dono pun merasa senang karena berhasil menghentikan pria itu dari berjudi. Mereka bertekad akan terus berjuang untuk menghentikan perjudian di desa itu.


Setahun kemudian

Dani dan Dono berhasil menghentikan perjudian di desa itu. Orang-orang di desa itu pun hidup dengan tenang dan damai.

Keduanya  menjadi panutan bagi anak-anak di desa itu. Mereka dianggap sebagai pahlawan yang telah menyelamatkan desa itu dari perjudian.

Dani dan Dono pun bangga dengan apa yang telah mereka lakukan. Mereka merasa senang karena telah membuat desa itu menjadi tempat yang lebih baik.



Editor : Redaksi Cakra Banten 

2 Komentar

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama